Pendidikan merupakan kunci kemajuan
suatu bangsa, artinya jika bangsanya ingin maju dan kuat maka pendidikan
rakyatnya harus maju. Dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sudah saatnya kita untuk sadar, bangkit dari ketertinggalan
pendidikan, kita harus mau dan mampu untuk selalu mengevaluasi konsep
pendidikan yang kita terapkan. Pendidikan dan pembelajaran mengacu pada konsep
yang jelas. Pendidikan dan pembelajaran
yang tanpa konsep dan tanpa system yang kuat hanyalah akan menghasilkan sumber
daya manusia lemah, kurang mumpuni dan hanya akan menjadi sasaran empuk bangsa
lain dalam semua segi kehidupan. Akankah kita menginginkan kondisi yang
demikian itu? Tentunya TIDAK. Untuk hal tersebut tidak ada salahnya kita melihat
kembali, mengulas kembali dengan NALAR yang BENING dari tokoh pendidikan
nasional kita yaitu Bapak Kihajar Dewantara.
Beliau menyampaikan bahwa
dalam pendidikan, PENGUATAN MORAL peserta didik merupakan suatu yang utama dan mutllak
untuk dilaksanan. Pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge atau
memindahkan materi ajar dari pendidik kepada peserta didik saja, namun
pendidikan lebih dari sekedar itu, yakni berupa penanaman dan pembentukan
karakter yang kuat pada diri peserta didik.
Pendidik harus mampu membangun motivasi dan semangat anak, sehingga
proses pendidikan dan pembelajaran akan terasa lebih bermakna. Selain hal
tersebut guru sebagai pendidik juga harus mampu memberi contoh atau teladan
yang baik, yang dapat memberikan rangsangan kepada para siswa untuk dapat
berperilaku dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa.
Harapan dan kondisi tersebut
di atas tentunya sangat selaras sekali dengan konsep pendidikan yang diterapkan
oleh Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat), yaitu: Ing
Ngarso Sung Tulodo: di depan memberi teladan, Ing Madya Mangun
Karsa: di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa, dan Tut
Wuri Handayani: dari belakang memberi dorongan dan arahan. Inilah konsep
yang jelas dan tegas, bagaimana seorang guru berperan dalam rpses pendidikan
dan pembelajaran. Sudahkah kita, sebagai pendidik memahami dan melaksanakan
konsep tersebut? Keberhasilan pendidikan di masa mendatang perlu dibangun dari
pemahaman guru itu sendiri tentang bagaimana belajar dan bagaimana mendidik dan
mengajar, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran tidak salah arah.
Bagaimana Pendidikan Dilakukan?
Ki Hajar Dewantara menggaris
bawahi, bahwa pendidikan merupakan proses pembudayaan, yakni sebagai suatu upaya
dan usaha untuk memberikan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Upaya kebudayaan
(pendidikan) dapat ditempuh dengan sikap yang dikenal dengan Teori Trikon,
yakni yang pertama: ‘Kontinue”; artinya bahwa
proses pendidikan harus dilaksanakan secara terus-menerus tanpa henti dan
berkeniambungan, yang kedua adalah “Konsentris”; Artinya
bahwa dalam mengembangkan pendidikan haruslah terpusat dari kebudayaan sendiri,
sehingga nilai-nilai luhur bangsa dapat tertanam di hati generasi muda. Bangsa Indonesia
harus mengenal dan memahami budaya dan nilai-nilai luhur bangsanya. Generasi penerus
bangsa tidak boleh kehilangan jati dirinya. Dan yang ketiga adalah “Konvergen”; artinya agar
mutu pendidikan di Indonesia berkembang dengan baik, setara dengan kualitas
pendidikan yang sudah maju di dunia. Untuk itu proses pendidikan dan
pembelajaran harus diselaskan dan disesuaikan dengan kemajuan dan tuntutan
jaman, tanpa meningggalkan jati diri bangsa.
Strategi Pembelajaran
Bagaimana strategi yang
diteapkan agar proses pendidikan dan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif
dan efisien? Menurut Ki Hajar Dewantara, dalam pendidikan perlu meningkatkan
tiga daya dalam diri peserta didik, yakni “Daya Cipta, Daya Rasa dan Daya
Karsa”. Daya CIipta (kognitif)
merupakan proses penanaman konsep yang jelas dan tegas bagi peserta didik tentang
sesuatu yang dipelajarinya, sehingga mereka memiliki pemahaman yang kuat
tentang apa yang sedang dipelajarinya. Selanjutnya pendidikan juga harus memiliki
Daya Rasa (afektif), artinya proses pendidikan harus mampu
menumbuhkembangkan karakter dan akhlaq anak. Karakter ataupun akhlaq akan
berpengaruh pada sikap dan perilaku di dalam kehidupan sehari-harinya. Dan yang
terakhir pendidikan harus memiliki Daya Karsa (psikomotor). Artinya dalam
proses pendidikan harus mampu menghasilkan ketrampilan yang sesuai dengan bakat
anak, sehingga anak mampu berkarya sesuai dengan potensinya. Selanjutnya ketiga
strategi tersebut dikenal dengan “educate the head, the heart, and the hand”.
Menitikberatkan kesalah satu daya, akan menghambat pertumbuhan yang lainnya
sebagai manusia. Ketiga daya tersebut harus di tumbuh kembangkan bersamaan,
tanpa mengesampingkan yang lainnya
Selanjutnya, metode yang
sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among, yaitu metode
pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada pola pembelajaran asih, asah dan asuh (care and
dedication based on love). Pelaksanaan pendidikannya dapat berlangsung
dalam berbagai tempat tanpa batas ruang dan waktu, beliau memberi nama Tri
Sentra Pendidikan, yaitu: Alam Keluarga (Pendidikan Informal), Alam
Perguruan (Pendidikan Formal) dan Alam Pergerakan Pemuda (Pendidikan Non
Formal). Ketiga alam tersebut, memiliki pengaruh yang besar untuk membentuk
kepribadiaan serta tingkah laku anak.
Selamat Mendidik Anak Bangsa…..Semoga Sukses!!!!!
Referensi: kompasiana.com
Related Post:
- Metode Pembelajaran STEAM
- Pudarnya Semangat Belajar Anak
- Pembelajaran Berorientasi HOTS (ranah Kognitif&Afektif)
- Model-Model Pembelajaran
- Pendekatan dan Model Pembelajaran di SMK
- Proses Pembelajaran di SMK
- Desain Pembelajaran Berorientasi HOTS
- Taksonomi BLOOM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar