Senin, 13 April 2020

Biaya Dibayar Dimuka

Oleh : Winarto
Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan biaya dibayar di muka? Ya…biaya  dibayar dimuka merupakan pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi bisnis untuk keperluan-keperluan di masa mendatang. Intinya perusahaan telah mengeluarkan kas, namun yang menjadi objek pengeluaran tersebut belum dilakukan oleh perusahaan. Di dalam akuntansi kita juga sering dibuat bingung dengan istilah biaya dan beban. Apakah kedua istilah tersebut memiliki kesamaan makna? Jawabnya jelas berbeda. Biaya istilahnya adalah cost sedangkan beban adalah expense.Biaya (cost) merupakan kas yang dikeluarkan untuk mendapatkan pendapatan atau manfaat dimasa yang akan datang dan dikapitalisasi ke neraca bagian aset jika biaya tersebut belum terjadi atau menghasilkan manfaat. Sedangkan Beban (expense) merupakan biaya yang sudah terjadi (expired cost) atau telah menghasilkan manfaat sehingga dicatat di laba rugi sebagai beban. 
Setelah memahami perbedaan tentang biaya dan beban, maka berikut ini diberikan beberapa contoh kasus biaya dibayar di muka, yang sering terjadi di dalam perusahaan. Biaya apa saja yang sering muncul?  Berikut ini beberpa contoh transaksi yang merupakan biaya dibayar di muka:
1.   Sewa dibayar di muka (prepaid rent),
2.   Iklan Dibayar Di muka (prepaid advertise)
3.   Asuransi dibayar di muka (prepaid insurance).
4.   Gaji dibayar di muka (prepaid salaries).
5.   Bunga dibayar di muka (prepaid interest).
6.   Pajak Penghasilan (PPh) dibayar di muka, meliputi PPh Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25.
7.   Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dibayar di muka.

Biaya di bayar di muka (prepaid expenses) dalam neraca termasuk di dalam kelompok aktiva lancar. Mengapa demikian, karena biaya yang telah kita bayarkan tersebut belum digunakan untuk pembiayan terhadap objek tertentu, sehingga dalam kenyataannya masih merupakan asset bagi perusahaan.  

Pencatatan Biaya Dibayar Di muka.
Untuk mencatat biaya dibayar di muka, dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan neraca dan pendekatan laba rugi. Dalam pendekatan neraca, biaya yang telah dibayarkan belum diakui sebagai unsur beban (karena belum dimanfaatkan) sehingga masih digolongkan sebagai asset. Sebaliknya dengan pendekatan laba rugi, biaya yang telah dibayarkan langsung dicatat sebagai unsur beban (walaupun dalam kenyataannya memang belum menjadi beban). Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana proses pencatatan Biaya Dibayar di Muka, berikut ini diberikan satu contoh kasus sederhana dalam dunia usaha!
Contoh Kasus;
Pada tanggal 1 September 2019, UD Mekar Jaya membayar tunai Rp 6.000.000,- untuk biaya asuransi untuk jangka waktu 1 tahun terhitung sejak tanggal pembayaran. Dari data tersebut diminta analisis dan jurnal transaksi dan jurnal penyesuaian per 31 Desember 2019, baik dengan pendekatan neraca dan pendekatan laba rugi.
Jawab:
Pendekatan Neraca
Analisis dan Jurnal transaksi tanggal 1 September 2019.
Analisis transaksi: terjadi pengurangan kas sebesar Rp 6.000.000,- karena untuk pembayaran biaya asuransi, oleh karena itu asset (kas) berkurang dan dicatat di sebelah kredit, sebaliknya di satu sisi juga terdapat penambahan aseet (Asuransi dibayar di muka), sehingga dicatat di sebelah debet.
Jurnal transaksi yang harus dibuat adalah sebagai berikut:
TGL
Keterangan
Ref
Jumlah
Debet (Rp)
Kredit (Rp)
2019




Sept 01
Asuransi Dibayar Di Muka

6.000.000,-
-

       Kas

-
6.000.000,-
  (Pembayaran biaya asuransi)



Analisis dan Jurnal penyesuaian tanggal 31 Desember 2019.
Analisis Penyesuaian: dilakukan untuk mengetahui jumlah riel asset dan beban yang telah digunakan. Dalam kasus tersebut, yakni pembayaran asuransi pada tanggal 1 September 2019, maka pada tanggal 31 Desember 2019 telah terjadi pengurangan asset (Asuransi Dibayar di muka), selama 4 bulan (1 September s.d 31 Desember 2019).  Karena terjadi pengurangan asset maka asuransi dibayar dimuka akan dicatat di sebelah kredit. Sebaliknya di lain sisi terjadi penambahan Beban Asuransi (akun ini sebelumnya belum ada), sehingga beban asuransi akan dicatat di sebelah debet,
Jurnal penyesuaian yang harus dibuat adalah sebagai berikut:
TGL
Keterangan
Ref
Jumlah
Debet (Rp)
Kredit (Rp)
2019




Des. 31
Beban Asuransi

2.000.000,-
-

       Asuransi Dibayar Di Muka

-
2.000.000,-
  (Penyesuaian biaya asuransi)



Pendekatan Laba Rugi
Analisis dan Jurnal transaksi tanggal 1 September 2019.
Analisis transaksi: terjadi pengurangan kas sebesar Rp 6.000.000,- karena untuk pembayaran biaya asuransi, oleh karena itu asset (kas) berkurang dan dicatat di sebelah kredit, sebaliknya di satu sisi juga terdapat penambahan beban (beban asuransi) walaupun dalam kondisi riel belum dapat diakui sebagai beban, sehingga dicatat di sebelah debet.
Jurnal transaksi yang harus dibuat adalah sebagai berikut:
TGL
Keterangan
Ref
Jumlah
Debet (Rp)
Kredit (Rp)
2019




Sept 01
Beban Asuransi

6.000.000,-
-

       Kas

-
6.000.000,-
  (Pembayaran biaya asuransi)



Analisis dan Jurnal penyesuaian tanggal 31 Desember 2019.
Analisis Penyesuaian: dari hasil analisis maka dapat dihitung bahwa beban asuransi yang sesungguhnya terjadi per 31 desember 2019 adalah 4 bulan yakni terhitung mulai tanggal 1 September sampai dengan  tanggal 31 Desember 2019, sedangkan sisanya merupakan Asuransi Di bayar DI Muka. Dalam hal ini muncul akun riel, baru yakni akun Asuransi Dibayar Dimuka. Bagaimana dengan pencatatannya? Asuransi dibayar dimuka dicatat debet dan Beban Asuransi dicatat di sebelah kredit Jurnal penyesuaian yang harus dibuat adalah sebagai berikut:
TGL
Keterangan
Ref
Jumlah
Debet (Rp)
Kredit (Rp)
2019




Des. 31
Asuransi Dibayar Di Muka

4.000.000,-
-

       Beban Asuransi

-
4.000.000,-
  (Penyesuaian biaya asuransi)


Keterangan:
Yang telah menjadi beban asuransi adalah 4 bulan = Rp 500.000,- x 4 bln = Rp 2.000.000,-
Dalam akun tertulis Rp 6.000.000,-, biar menunjukkan jumlah Rp 2.000.000,- maka harus dikredit Rp 4.000.000,-
Sedangkan akun debetnya adalah Asuransi Dibayar Dimuka.

Mudah bukan???
Selamat belajar….Semoga bermanfaat……!!!!

Referensi:
Rudianto. Pengantar Akuntansi (2008). Penerbit Erlangga
Achmad Tjahjono. Sulastiningsih. Akt Pengantar. Pendekatan Terpadu (2003). Penerbit UPP AMP YKPN
S. Munawir. Akuntansi Keuangan dan manajemen. (2002). penerbit: BPFE UGM
Henry Simamora. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan. Jilid i (2000). Penerbit salemba Empat
Slamet Sugiri, Sumiyana. Akuntansi Keuangan Menengah. Buku 1 (2005). Penerbit UPP AMP YKPN

Related Post:
  1. Dokumen Transaksi: Dasar Pencatatan Transaksi
  2. Transaksi Perusahan Dagang
  3. Jurnal Penyesuaian
  4. Mencatat Transaksi Dalam Jurnal
  5. Memahami Buku Besar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar