Tahukah kalian apa yang
dimaksud dengan biaya dibayar di muka? Ya…biaya dibayar dimuka merupakan
pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi bisnis
untuk keperluan-keperluan di masa mendatang. Intinya perusahaan telah
mengeluarkan kas, namun yang menjadi objek pengeluaran tersebut belum dilakukan
oleh perusahaan. Di dalam akuntansi kita juga sering dibuat bingung dengan
istilah biaya dan beban. Apakah kedua istilah tersebut memiliki kesamaan makna?
Jawabnya jelas berbeda. Biaya istilahnya adalah cost sedangkan beban adalah
expense.Biaya (cost) merupakan kas
yang dikeluarkan untuk mendapatkan pendapatan atau manfaat dimasa yang akan
datang dan dikapitalisasi ke neraca bagian aset jika biaya tersebut belum
terjadi atau menghasilkan manfaat. Sedangkan Beban (expense) merupakan biaya yang sudah terjadi (expired cost) atau telah menghasilkan manfaat sehingga dicatat di
laba rugi sebagai beban.
Setelah memahami perbedaan
tentang biaya dan beban, maka berikut ini diberikan beberapa contoh kasus biaya
dibayar di muka, yang sering terjadi di dalam perusahaan. Biaya apa saja yang
sering muncul? Berikut ini beberpa
contoh transaksi yang merupakan biaya dibayar di muka:
1.
Sewa
dibayar di muka (prepaid rent),
2.
Iklan
Dibayar Di muka (prepaid advertise)
3.
Asuransi
dibayar di muka (prepaid insurance).
4.
Gaji
dibayar di muka (prepaid salaries).
5.
Bunga
dibayar di muka (prepaid interest).
6.
Pajak
Penghasilan (PPh) dibayar di muka, meliputi PPh Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23,
Pasal 24, dan Pasal 25.
7.
Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dibayar di muka.
Biaya di bayar di muka (prepaid expenses) dalam neraca termasuk
di dalam kelompok aktiva lancar. Mengapa demikian, karena biaya yang telah kita
bayarkan tersebut belum digunakan untuk pembiayan terhadap objek tertentu,
sehingga dalam kenyataannya masih merupakan asset
bagi perusahaan.
Pencatatan
Biaya Dibayar Di muka.
Untuk mencatat biaya dibayar
di muka, dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan neraca dan
pendekatan laba rugi. Dalam pendekatan neraca, biaya yang telah dibayarkan
belum diakui sebagai unsur beban (karena belum dimanfaatkan) sehingga masih
digolongkan sebagai asset. Sebaliknya dengan pendekatan laba rugi, biaya yang
telah dibayarkan langsung dicatat sebagai unsur beban (walaupun dalam
kenyataannya memang belum menjadi beban). Untuk memberikan gambaran yang jelas
tentang bagaimana proses pencatatan Biaya Dibayar di Muka, berikut ini
diberikan satu contoh kasus sederhana dalam dunia usaha!
Contoh Kasus;
Pada tanggal 1 September 2019,
UD Mekar Jaya membayar tunai Rp 6.000.000,- untuk biaya asuransi untuk jangka
waktu 1 tahun terhitung sejak tanggal pembayaran. Dari data tersebut diminta
analisis dan jurnal transaksi dan jurnal penyesuaian per 31 Desember 2019, baik
dengan pendekatan neraca dan pendekatan laba rugi.
Jawab:
Pendekatan
Neraca
Analisis dan Jurnal transaksi
tanggal 1 September 2019.
Analisis transaksi: terjadi
pengurangan kas sebesar Rp 6.000.000,- karena untuk pembayaran biaya asuransi,
oleh karena itu asset (kas) berkurang dan dicatat di sebelah kredit, sebaliknya
di satu sisi juga terdapat penambahan aseet (Asuransi dibayar di muka),
sehingga dicatat di sebelah debet.
Jurnal transaksi yang harus
dibuat adalah sebagai berikut:
TGL
|
Keterangan
|
Ref
|
Jumlah
|
|
Debet (Rp)
|
Kredit (Rp)
|
|||
2019
|
||||
Sept 01
|
Asuransi Dibayar Di Muka
|
6.000.000,-
|
-
|
|
Kas
|
-
|
6.000.000,-
|
||
(Pembayaran biaya asuransi)
|
Analisis dan Jurnal
penyesuaian tanggal 31 Desember 2019.
Analisis Penyesuaian: dilakukan
untuk mengetahui jumlah riel asset dan beban yang telah digunakan. Dalam kasus
tersebut, yakni pembayaran asuransi pada tanggal 1 September 2019, maka pada
tanggal 31 Desember 2019 telah terjadi pengurangan asset (Asuransi Dibayar di
muka), selama 4 bulan (1 September s.d 31 Desember 2019). Karena terjadi pengurangan asset maka asuransi
dibayar dimuka akan dicatat di sebelah kredit. Sebaliknya di lain sisi terjadi
penambahan Beban Asuransi (akun ini sebelumnya belum ada), sehingga beban
asuransi akan dicatat di sebelah debet,
Jurnal penyesuaian yang harus
dibuat adalah sebagai berikut:
TGL
|
Keterangan
|
Ref
|
Jumlah
|
|
Debet (Rp)
|
Kredit (Rp)
|
|||
2019
|
||||
Des. 31
|
Beban Asuransi
|
2.000.000,-
|
-
|
|
Asuransi
Dibayar Di Muka
|
-
|
2.000.000,-
|
||
(Penyesuaian biaya asuransi)
|
Pendekatan
Laba Rugi
Analisis dan Jurnal transaksi
tanggal 1 September 2019.
Analisis transaksi: terjadi
pengurangan kas sebesar Rp 6.000.000,- karena untuk pembayaran biaya asuransi,
oleh karena itu asset (kas) berkurang dan dicatat di sebelah kredit, sebaliknya
di satu sisi juga terdapat penambahan beban (beban asuransi) walaupun dalam
kondisi riel belum dapat diakui sebagai beban, sehingga dicatat di sebelah
debet.
Jurnal transaksi yang harus
dibuat adalah sebagai berikut:
TGL
|
Keterangan
|
Ref
|
Jumlah
|
|
Debet (Rp)
|
Kredit (Rp)
|
|||
2019
|
||||
Sept 01
|
Beban Asuransi
|
6.000.000,-
|
-
|
|
Kas
|
-
|
6.000.000,-
|
||
(Pembayaran biaya asuransi)
|
Analisis dan Jurnal
penyesuaian tanggal 31 Desember 2019.
Analisis Penyesuaian: dari
hasil analisis maka dapat dihitung bahwa beban asuransi yang sesungguhnya
terjadi per 31 desember 2019 adalah 4 bulan yakni terhitung mulai tanggal 1
September sampai dengan tanggal 31
Desember 2019, sedangkan sisanya merupakan Asuransi Di bayar DI Muka. Dalam hal
ini muncul akun riel, baru yakni akun Asuransi Dibayar Dimuka. Bagaimana dengan
pencatatannya? Asuransi dibayar dimuka dicatat debet dan Beban Asuransi dicatat
di sebelah kredit Jurnal penyesuaian yang harus dibuat adalah sebagai berikut:
TGL
|
Keterangan
|
Ref
|
Jumlah
|
|
Debet (Rp)
|
Kredit (Rp)
|
|||
2019
|
||||
Des. 31
|
Asuransi Dibayar Di Muka
|
4.000.000,-
|
-
|
|
Beban
Asuransi
|
-
|
4.000.000,-
|
||
(Penyesuaian biaya asuransi)
|
Keterangan:
Yang telah menjadi beban
asuransi adalah 4 bulan = Rp 500.000,- x 4 bln = Rp 2.000.000,-
Dalam akun tertulis Rp
6.000.000,-, biar menunjukkan jumlah Rp 2.000.000,- maka harus dikredit Rp
4.000.000,-
Sedangkan akun debetnya adalah
Asuransi Dibayar Dimuka.
Mudah bukan???
Selamat belajar….Semoga
bermanfaat……!!!!
Referensi:
Rudianto. Pengantar Akuntansi (2008). Penerbit Erlangga
Achmad Tjahjono. Sulastiningsih. Akt Pengantar. Pendekatan Terpadu (2003). Penerbit UPP AMP YKPN
S. Munawir. Akuntansi Keuangan dan manajemen. (2002). penerbit: BPFE UGM
Henry Simamora. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan. Jilid i (2000). Penerbit salemba Empat
Slamet Sugiri, Sumiyana. Akuntansi Keuangan Menengah. Buku 1 (2005). Penerbit UPP AMP YKPN
Related Post:
Referensi:
Rudianto. Pengantar Akuntansi (2008). Penerbit Erlangga
Achmad Tjahjono. Sulastiningsih. Akt Pengantar. Pendekatan Terpadu (2003). Penerbit UPP AMP YKPN
S. Munawir. Akuntansi Keuangan dan manajemen. (2002). penerbit: BPFE UGM
Henry Simamora. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan. Jilid i (2000). Penerbit salemba Empat
Slamet Sugiri, Sumiyana. Akuntansi Keuangan Menengah. Buku 1 (2005). Penerbit UPP AMP YKPN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar