Prinsip
dasar pengelolaan persediaan adalah untuk meminimalisir permasalahan yang
terjadi yang berkaitan dengan persediaan barang. Permasalahan yang biasa muncul
adalah berkaitan dengan jumlah persediaan barang yang ada, bias terlalu besar,
atau sebaliknya, terlalu kecil. Selain hal tersebut juga mengenai spesifikasi dan
jenis barang yang tidak sesuai dengan kondisi seharusnya. Untuk menghindari hal
tersebut perlu dilakukan pengelolaan terhadap persediaan, yang biasa disebut
dengan pengendalian intern persediaan. Prinsip-prinsip pengendalian intern tersebut
diantaranya meliputi:
1. Pemisahan tugas bagian persediaan. Artinya perlunya
pemisahan tugas antara bagian perhitungan persediaan dengan bagian yang bertugas
mengawasi persediaan. Hal ini untuk menghindari terjadinya penyelewengan
penggunaan persediaan yang ada.
2.
Pertanggungjawaban yang OTENTIK. Artinya masing-masing bagian dalam pengelolaan
persediaan wajib menggunakan otorisasi yang otentik terhadap setiap transaksi
yang berkaitan dengan persediaan..
3. Verifikasi intern yang independen,
penghitungan ulang persediaan oleh petugas yang lain dan dilakukan penandaan
terhadap item barang persediaan.
Penandaan hanya dilakukan sekali.
4. Pendokumentasian yang tertib, artinya menggunakan
penandaan persediaan barang dengan
dokumen yang sudah dinomori sebelumnya (prenumbered)
Kepemilikan Persediaan dalam Perjalanan
Persediaan barang dalam perjalanan, karena proses transaksi pembelian, maka kepemilikan barang tersebut tergantung dari syarat biaya pengiriman yang terjadi dalam transaksi tersebut. Terdapat dua syarat pengiriman barang, yaitu:
Persediaan barang dalam perjalanan, karena proses transaksi pembelian, maka kepemilikan barang tersebut tergantung dari syarat biaya pengiriman yang terjadi dalam transaksi tersebut. Terdapat dua syarat pengiriman barang, yaitu:
1.
FOB (Free on Board), shipping point.
Kepemilikan barang menjadi
milik pembeli pada saat barang diserahkan penjual kepada penyelenggara
transportasi atau pihak perusahaan pengirim barang yang independen.Pembeli
menanggung biaya angkut pembelian.
2.
FOB (Free on Board) destination point.
Kepemilikan barang masih
berada di penjual sampai barang tersebut diterima oleh pembeli (di gudang
pembeli). Dalam hal ini maka biaya pengiriman barang menjadi tanggung jawab
penjual.
Sistem Akuntansi
Persediaan
System akuntansi
persediaan menyangkut bagaimana mutasi persediaan dalam perusahaan tersebut
dihitung dan dicatat. Terdapat dua system pencatatan dalam akuntansi persediaan
yaitu:
1.
Perpetual
(perpetual inventory system)
Sistem pencatatan
ini menghendaki setiap terjadi mutasi persediaan akan dicatat dalam kartu
persediaan atau media yang sejenisnya, sehingga setiap saat kondisi persediaan
akan selalu dapat diketahui. Mutasi persediaan tersebut meliputi penambahan
persediaan dan pengurangan persediaan.
2.
Periodik
(periodic inventory system)
Berbeda dengan system perpetual. Pada system periodic
ini setiap mutasi persediaan tidak dicatat di dalam kartu persediaan. Pada
akhir periode akuntansi harus melakukan pengecekan fisik terhadap persediaan
(stock opname of inventories) dengan cara mengukur dan menghitung berapa jumlah barang yang ada di gudang.
Pengelolaan
persediaan sangat penting dilakukan karena dapat memengaruhi pada nilai atau
harga pokok produk akhir. Pengelolaan persediaan yang tepat akan
memberikan kontribusi yang positif pada penyusunan laporan laba rugi perusahaan
dan juga laporan neraca. Sebaliknya kesalahan dalam penghitungan persediaan maka
akan berakibat fatal dalam penentuan harga pokok produk.
Rumus
harga pokok produk atau HPP adalah sebagai berikut:
Harga
Pokok Produk (HPP) = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Persediaan Akhir
Bagaimana Mencatat Mutasi Persediaan.
Mutasi persediaan adalah perubahan jumlah dan nilai persediaan dalam
perusahaan karena sebab-sebab tertentu. Penyebab tersebut meliputi:
1.
Pembelian
persediaan, menyebabkan persediaan bertambah
2.
Retur pembelian,
menyebabkan persediaan berkurang
3.
Penjualan atau
pemakaian persediaan, menyebabkapan persediaan berkurang.
Perubahan persediaan tersebut tentunya akan
dicatat baik dalam buku jurnal mauun dalam kartu persediaan. Untuk memberikan
gambaran yang jelas, berikut ini diberikan contoh kasus sederhana tentang pencatatan
mutasi persediaan.
UD Amanah adalah perusahaan yang bergerak
dalam bidang perdagangan barang kosmetika. Berikut ini sebagian transaksi pada
bulan Maret 2019:
Maret 03
|
Dibeli barang dagangan pada CV Mendhut
seharga Rp 2.350.000,- syarat n/30.
|
Maret 04
|
Dikirimkan nota debet pada CV Mendhut seharga Rp
250.000,- karena tidak sesuai dengan pesanan.
|
Maret 05
|
Dijual barang dagangan kepada langganan
seharga Rp 1.800.000,- tunai. Harga pokok barang tersebut adalah Rp
1.300.000,-
|
Maret 08
|
Dibeli barang dagangan pada PT Maju seharga
Rp 4.500.000,- syarat n/30.
|
Maret 09
|
Dikirimkan nota debet pada PT Maju seharga Rp 300.000,-
karena tidak sesuai dengan pesanan.
|
Maret 12
|
Dijual barang dagangan kepada langganan
seharga Rp 3.750.000,- syarat n/30. Harga pokok barang tersebut adalah Rp 2.800.000,-
|
Dari data tersebut diminta:
1. Jurnal yang
diperlukan apabila perusahaan menggunakan system pencatatan baik secara fisik
maupun perpetual!
2.
Nilai persediaan
akhir barang dagangan
Jawab:
Pencatatan dengan system FIsik:
TGL
|
Keterangan
|
Ref
|
D (Rp)
|
K (Rp)
|
Maret 03
|
Pembelian
Utang
Dagang
|
2.350.000
-
|
-
2.350.000
|
|
Maret 04
|
Utang Dagang
Retur
Pembelian
|
250.000
-
|
-
250.000
|
|
Maret 05
|
Kas
Penjualan
|
1.800.000
-
|
-
1.800.000
|
|
Maret 08
|
Pembelian
Utang
Dagang
|
4.500.000
-
|
-
4.500.000
|
|
Maret 09
|
Utang Dagang
Retur
Pembelian
|
300.000
-
|
-
300.000
|
|
Maret 12
|
Piutang Dagang
Penjualan
|
3.750.000
-
|
-
3.750.000
|
Persediaan akhir dapat dihitung sebagai
berikut:
Pembelian Rp
6.850.000,-
Retur Pembelian ( Rp 550.000,-)
Pembelian Bersih Rp 6.300.000,-
HPPenjualan (Rp
4.100.000,-)
Persediaan akhir Rp 2.200.000,-
Pencatatan dengan system Perpetual:
TGL
|
Keterangan
|
Ref
|
D (Rp)
|
K (Rp)
|
Maret 03
|
Persediaan Barang
Utang
Dagang
|
2.350.000
-
|
-
2.350.000
|
|
Maret 04
|
Utang Dagang
Retur
Pembelian
|
250.000
-
|
-
250.000
|
|
HPP
Persediaan
Barang
|
250.000
-
|
-
250.000
|
||
Maret 05
|
Kas
Penjualan
|
1.800.000
-
|
-
1.800.000
|
|
HPP
Persediaan
Barang
|
1.300.000
-
|
-
1.300.000
|
||
Maret 08
|
Persediaan barang
Utang
Dagang
|
4.500.000
-
|
-
4.500.000
|
|
Maret 09
|
Utang Dagang
Retur
Pembelian
|
300.000
-
|
-
300.000
|
|
HPP
Persediaan
Barang
|
300.000
-
|
-
300.000
|
||
Maret 12
|
Piutang Dagang
Penjualan
|
3.750.000
-
|
-
3.750.000
|
|
HPP
Persediaan
Barang
|
2.800.000
-
|
-
2.800.000
|
Kartu Persediaan
Nama Barang : Kosmetik
Type X
TGL
|
Keterangan
|
Fol
|
D (Rp)
|
K (Rp)
|
Saldo (D)
|
Maret 03
|
Pembelian
|
2.350.000
|
-
|
2.350.000
|
|
Maret 04
|
Retur
Pembelian
|
-
|
250.000
|
2.100.000
|
|
Maret 05
|
Penjualan
|
1.300.000
|
800.000
|
||
Maret 08
|
Pembelian
|
4.500.000
|
-
|
5.300.000
|
|
Maret 09
|
Retur
Pembelian
|
300.000
|
5.000.000
|
||
Maret 12
|
Penjualan
|
2.800.000
|
2.200.000
|
Selamat Belajar….semoga bermanfaat…!!!!!
Referensi:
Rudianto. Pengantar Akuntansi (2008). Penerbit Erlangga
Henry Simamora. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan. Jilid 2 (2000). Penerbit Salemba Empat
Slamet Sugiri, Sumiyana. Akuntansi Keuangan Menengah. Buku 1 (2005). Penerbit AMP YKPN
Slamet Sugiri, Akuntansi Pengantar 2 (2002). Penerbit AMP YKPN
Al. Haryono Jusup. Dasar-Dsar Akuntansi Jilid 2. (1995). Penerbit: BP STIE YKPN
Related Post:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar