Sabtu, 02 Maret 2019

Revolusi Industri 4.0. Peluang dan Tantangan

Sejarah revolusi industri dimulai dari industri 1.0, 2.0, 3.0, hingga industri 4.0. Fase industri merupakan real change dari perubahan yang ada. Industri 1.0 ditandai dengan mekanisasi produksi untuk menunjang efektifitas  dan  efisiensi  aktivitas  manusia,  industri  2.0  dicirikan  oleh produksi  massal  dan  standarisasi  mutu,  industri  3.0  ditandai  dengan penyesuaian massal dan fleksibilitas manufaktur berbasis otomasi dan robot.  Industri  4.0  selanjutnya  hadir  menggantikan  industri  3.0  yang ditandai dengan cyber fisik dan kolaborasi manufaktur (Hermann et al, 2015; Irianto, 2017). Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek yang diprakarsai  oleh  pemerintah  Jerman  untuk  mempromosikan komputerisasi manufaktur. 
Lee  et  al  (2013)  menjelaskan,  industri  4.0  ditandai  dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang didorong oleh empat faktor: 
1.   peningkatan  volume  data,  kekuatan  komputasi,  dan  konektivitas; 
2.   munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis;
3.   terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia  dengan mesin; dan
4.   perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D printing.

Lifter  dan  Tschiener  (2013)  menambahkan,  prinsip  dasar  industri  4.0 adalah  penggabungan  mesin,  alur  kerja,  dan  sistem,  dengan menerapkan  jaringan  cerdas  di  sepanjang  rantai  dan proses produksi untuk mengendalikan satu sama lain secara mandiri.  Hermann et al (2016) menambahkan, ada empat desain prinsip industri  4.0. 
1.   Interkoneksi  (sambungan)  yaitu    kemampuan mesin,  perangkat,  sensor,  dan  orang  untuk  terhubung  dan berkomunikasi  satu  sama  lain  melalui  Internet  of  Things  (IoT)  atau Internet of People (IoP). Prinsip ini membutuhkan kolaborasi, keamanan, dan  standar. 
2.   Transparansi  informasi  merupakan  kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan virtual dunia fisik dengan memperkaya model digital dengan data sensor termasuk analisis data dan  penyediaan  informasi. 
3.   Bantuan  teknis  yang  meliputi;  (a)  kemampuan  sistem  bantuan  untuk  mendukung  manusia  dengan menggabungkan  dan  mengevaluasi  informasi  secara  sadar  untuk membuat keputusan yang tepat dan memecahkan masalah mendesak dalam waktu singkat; (b) kemampuan sistem untuk mendukung manusia dengan  melakukan  berbagai  tugas  yang  tidak  menyenangkan,  terlalu melelahkan,  atau  tidak  aman;  (c)  meliputi  bantuan  visual  dan  fisik.
4.   Keputusan  terdesentralisasi  yang  merupakan  kemampuan sistem fisik maya untuk membuat keputusan sendiri dan menjalankan tugas seefektif mungkin.

Secara sederhana, prinsip industri 4.0 menurut Hermann et al (2016) dapat digambarkan sebagai berikut


Industri  4.0  telah  memperkenalkan  teknologi  produksi  massal yang fleksibel (Kagermann et al, 2013). Mesin akan beroperasi secara independen atau berkoordinasi dengan manusia (Sung, 2017). Industri 4.0 merupakan sebuah pendekatan untuk mengontrol proses produksi dengan  melakukan  sinkronisasi  waktu  dengan  melakukan  penyatuan dan penyesuaian produksi (Kohler & Weisz, 2016). Selanjutnya, Zesulka et al (2016) menambahkan, industri 4.0 digunakan pada tiga faktor yang saling terkait yaitu; 1) digitalisasi dan interaksi ekonomi dengan teknik sederhana  menuju  jaringan  ekonomi  dengan  teknik  kompleks;  2) digitalisasi produk dan layanan; dan 3) model pasar baru.
Revolusi digital dan era disrupsi teknologi adalah istilah lain dari industri  4.0.  Disebut  revolusi  digital  karena  terjadinya  proliferasi komputer  dan  otomatisasi  pencatatan  di  semua  bidang.  Industri  4.0
dikatakan era disrupsi teknologi karena otomatisasi dan konektivitas di sebuah  bidang  akan  membuat  pergerakan  dunia  industri  dan persaingan kerja menjadi tidak linear.  Salah satu karakteristik unik dari
industri  4.0  adalah  pengaplikasian  kecerdasan  buatan  atau  artificial intelligence  (Tjandrawinata,  2016).  Salah  satu  bentuk  pengaplikasian tersebut adalah penggunaan robot untuk menggantikan tenaga manusia sehingga lebih murah, efektif, dan efisien. 

Tantangan dan Peluang Industri 4.0
Kemajuan  teknologi  memungkinkan  terjadinya  otomatisasi hampir  di  semua  bidang.  Teknologi  dan  pendekatan  baru  yang menggabungkan dunia fisik, digital, dan biologi secara fundamental akan mengubah pola hidup dan interaksi manusia (Tjandrawinata, 2016).  Industri  4.0  sebagai  fase  revolusi  teknologi  mengubah  cara beraktifitas  manusia  dalam  skala,  ruang  lingkup,  kompleksitas,  dan transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya. Manusia bahkan akan hidup  dalam  ketidakpastian  (uncertainty)  global,  oleh  karena  itu manusia harus memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan yang  berubah  sangat  cepat.  Tiap  negara  harus  merespon  perubahan tersebut secara terintegrasi dan komprehensif. Respon tersebut dengan melibatkan  seluruh  pemangku  kepentingan  politik  global,  mulai  dari sektor  publik,  swasta,  akademisi,  hingga  masyarakat  sipil  sehingga tantangan industri 4.0 dapat dikelola menjadi peluang.  Wolter  mengidentifikasi  tantangan  industri  4.0  sebagai  berikut; 
1) masalah keamanan teknologi informasi; 2) keandalan dan stabilitas mesin  produksi;  3)  kurangnya  keterampilan  yang  memadai;  4) keengganan untuk berubah oleh para pemangku kepentingan; dan  5) hilangnya banyak pekerjaan karena berubah menjadi otomatisasi (Sung, 2017). Lebih spesifik, Hecklau et al (2016) menjelaskan tantangan industri 4.0 sebagai berikut. 

Tabel 1. Tantangan Industri 4.0 (Heckeu et al, 2016)

Tantangan Ekonomi
1.   Globalisasi yang terus berlanjut:
a.  Keterampilan antarbudaya
b.  Kemampuan berbahasa
c.  Fleksibilitas waktu 
d.  Keterampilan jaringan
e.  Pemahaman proses
2.   Meningkatnya kebutuhan akan inovasi:
a.  Pemikiran wirausaha 
b.  Kreativitas,
c.  Pemecahan masalah
d.  Bekerja di bawah tekanan
e.  Pengetahuan mutakhir
f.  Keterampilan teknis
g.  Keterampilan penelitian
h.  Pemahaman proses
3.   Permintaan untuk orientasi layanan yang lebih tinggi:
a.  Pemecahan konflik
b.  Kemampuan komunikasi
c.  Kemampuan berkompromi
d.  Keterampilan berjejaring
4.   Tumbuh kebutuhan untuk kerja sama dan kolaboratif:
a.  Mampu berkompromi dan kooperatif
b.  Kemampuan bekerja dalam tim
c.  Kemampuan komunikasi
d.  Keterampilan berjejaring
Tantangan Sosial
1.     Perubahan demografi dan nilai sosial:
a.  Kemampuan mentransfer pengetahuan
b.  Penerimaan rotasi tugas kerja dan perubahan   
     pekerjaan yang terkait (toleransi ambiguitas)
c.  Fleksibilitas waktu dan tempat
d.  Keterampilan memimpin
2.     Peningkatan kerja virtual:
a.  Fleksibilitas waktu dan tempat
b.  Keterampilan teknologi
c.  Keterampilan media
d.  Pemahaman keamanan TI
3.     Pertumbuhan kompleksitas proses:
a.  Keterampilan teknis
b.  Pemahaman proses
c.  Motivasi belajar
d.  Toleransi ambiguitas
e.  Pengambilan keputusan
f.  Penyelesaian masalah
g.  Keterampilan analisis
Tantangan Teknis
1. Perkembangan teknologi dan penggunaan data eksponensial:
a.  Keterampilan teknis
b.  Kemampuan analisis 
c.  Efisiensi dalam bekerja dengan data
d.  Keterampilan koding
e.  Kemampuan memahami keamanan TI
f.  Kepatuhan
2.  Menumbuhkan kerja kolaboratif:
a.  Mampu bekerja dalam tim
b.  Kemampuan komunikasi virtual
c.  Keterampilan media
d.  Pemahaman keamanan TI 
e.  Kemampuan untuk bersikap kooperatif
Tantangan Lingkungan
Perubahan  iklim  dan  kelangkaan  sumber daya:
a.  Pola pikir berkelanjutan
b.  Motivasi menjaga lingkungan
c. Kreativitas untuk mengembangkan solusi keberlanjutan baru
Tantangan poliyik dan aturan
1.  Standarisasi:
a.  Keterampilan teknis
b.  Keterampilan koding
c.  Pemahaman proses
2.  Keamanan data dan privasi:
a.  Pemahaman keamanan teknologi informasi
b.  Kepatuhan 

Irianto  (2017)  menyederhanakan  tantangan  industri  4.0  yaitu;  (1)  kesiapan  industri;  (2)  tenaga  kerja  terpercaya;  (3)  kemudahan pengaturan  sosial  budaya;  dan  (4)  diversifikasi  dan  penciptaan
lapangan  kerja  dan  peluang  industri  4.0  yaitu;  (1)  inovasi  ekosistem;  (2)  basis  industri  yang  kompetitif;  (3)  investasi  pada  teknologi;  dan  (4) integrasi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan kewirausahaan.  Pemetaan  tantangan  dan  peluang  industri  4.0  untuk  mencegah berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat, salah satunya adalah permasalahan  pengangguran.   
Work  Employment  and  Social  Outlook Trend 2017 memprediksi jumlah orang yang menganggur secara global pada  2018  diperkirakan  akan  mencapai  angka  204  juta  jiwa  dengan kenaikan tambahan 2,7 juta. Hampir sama dengan kondisi yang dialami

Oleh : Prof. Dr. H. MUHAMMAD YAHYA, M.Kes., M.Eng.
(Universitas Negeri Makasar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar