Problem
Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses
pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut
peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam
memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan
berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang
sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi PBL
Pembelajaran
berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan
masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam
kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja
dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
Pembelajaran
berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta
didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk
mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini
digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran
yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik
mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus
dipecahkan.
Model
pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan
berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta
didik yang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam
pencapaian materi pembelajaran.
Berikut
ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL).
1. Permasalahan
sebagai kajian.
2. Permasalahan
sebagai penjajakan pemahaman.
3. Permasalahan
sebagai contoh.
4. Permasalahan
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.
5. Permasalahan
sebagai stimulus aktivitas autentik.
Peran
guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
digambarkan berikut ini.
Guru sebagai
Pelatih
|
Peserta Didik
sebagai Problem Solver
|
Masalah
sebagai Awal Tantangan dan Motivasi
|
o
Asking about thinking (bertanya
tentang pemikiran).
o
Memonitor pembelajaran.
o
Probbing ( menantang peserta didik untuk
berpikir ).
o
Menjaga agar peserta didik terlibat.
o
Mengatur dinamika kelompok.
o
Menjaga
berlangsungnya proses.
|
o
Peserta yang aktif.
o
Terlibat langsung dalam pembelajaran.
o
Membangun pembelajaran.
|
o
Menarik untuk dipecahkan.
o
Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya
dengan pelajaran yang dipelajari.
|
Tujuan
dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:
1. Keterampilan
berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2. Pemodelan
peranan orang dewasa.
Bentuk
pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran
sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar
sekolah. Berikut ini aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat
dikembangkan.
a. PBL
mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
b. PBL
memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan
yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memi peran yang diamati
tersebut.
c. PBL
melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan
mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun
femannya tentang fenomena itu.
3. Belajar
Pengarahan Sendiri (self directed learning)
Pembelajaran
berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat
menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus
diperoleh, di bawah bimbingan guru.
Pendekatan
PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini.
1. Kurikulum
: PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu
strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.
2. Responsibility :
PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta
didik ke diri dan panutannya.
3. Realisme
: kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi
yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan
sikap profesional.
4. Active-learning :
menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk
menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses
pembelajaran yang mandiri.
5. Umpan
Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik
menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran
berdasarkan pengalaman.
6. Keterampilan
Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan pokok dan pengetahuan
saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar
seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management.
7. Driving
Questions :PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang
memicu peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep,
prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
8. Constructive
Investigations :sebagai titik pusat, proyek harus
disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik.
9. Autonomy
:proyek
menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.
Kelebihan Menggunakan PBL
1. Dengan
PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang
belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat
semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan
situasi di mana konsep diterapkan.
2. Dalam
situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
3. PBL
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta
didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Metoda
ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidang keteknikan,
terutama dalam hal sebagai berikut :
1. peserta
didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences)yang berguna untuk
memecahkan masalah bidang keteknikan yang dijumpainya;
2. peserta
didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan
relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered;
3. peserta
didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.
Pembelajaran
suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai basis model dilaksanakan
dengan cara mengikuti lima langkah PBL dengan bobot atau kedalaman setiap
langkahnya disesuaikan dengan mata pelajaran yang bersangkutan.
1.
Konsep
Dasar (Basic Concept)
Jika
dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk,
referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal
ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer
pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan
pembelajaran. Lebih jauh, hal ini diperlukan untuk memastikan peserta didik
memperoleh kunci utama materi pembelajaran, sehingga tidak ada kemungkinan
terlewatkan oleh peserta didik seperti yang dapat terjadi jika peserta didik
mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak perlu detail,
diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik dapat
mengembangkannya secara mandiri secara mendalam.
2.
Pendefinisian
Masalah (Defining the Problem)
Dalam
langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam
kelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming
yang dilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat,
ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul
berbagai macam alternatif pendapat. Setiap anggota kelompok memiliki hak yang
sama dalam memberikan dan menyampaikan ide dalam diskusi serta
mendokumentasikan secara tertulis pendapat masing-masing dalam kertas kerja.
Selain
itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario
tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya. Jika ada peserta didik
yang mengetahui artinya, segera menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada
bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam
permasalahan kelompok. Selanjutnya, jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan
dalam kelompok tersebut, ditulis sebagai isu dalam permasalahan kelompok.
Kedua,
melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga,
menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk
mencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator
memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan yang
diinginkan oleh fasilitator belum disinggung oleh peserta didik, fasilitator
mengusulkannya dengan memberikan alasannya. Pada akhir langkah peserta didik
diharapkan memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui,
apa saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang diperlukan
untuk menjembataninya. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah
ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
3.
Pembelajaran
Mandiri (Self Learning)
Setelah
mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber yang
dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat
dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau
bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan
utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan
pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas,
dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas
dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
Di
luar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk mengadakan
pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan tersebut peserta
didik akan saling bertukar informasi yang telah dikumpulkannya dan pengetahuan
yang telah mereka bangun. Peserta didik juga harus mengorganisasi informasi
yang didiskusikan, sehingga anggota kelompok lain dapat memahami relevansi
terhadap permasalahan yang dihadapi.
4.
Pertukaran
Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah
mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran
mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam
kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari
permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara
peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
Tiap
kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik menyampaikan hasil
pembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri
untuk mendapatkan kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil
dalam pleno (kelas besar) dengan mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan
kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik
mengikuti langkah ini maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
5.
Penilaian
(Assessment)
Penilaian
dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill),
dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup
seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS),
ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap
kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware,
maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap
dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi
dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam
pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru
mata pelajaran yang bersangkutan.
Sebelum
memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu
diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta
didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru
adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah
yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya,
membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
Memanfaatkan
lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan
penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik,
antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh
guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas.
Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang
sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus
dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi,
kemampuan dasar dan materi pembelajaran
Tabel 1: Tahapan-Tahapan Model PBL
FASE-FASE
|
PERILAKU GURU
|
Fase 1
Orientasi peserta didik kepada masalah.
|
· Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yg
dibutuhkan.
· Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
|
Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik.
|
Membantu peserta didik mendefinisikan danmengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
|
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
|
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
|
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
|
Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman.
|
Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
|
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja.
|
Fase 1: Mengorientasikan Peserta Didik
pada Masalah
Pembelajaran
dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang
akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru
harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan
juga oleh guru. serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses
pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta
didik dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang
perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu sebagai berikut.
1. Tujuan
utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi
lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan
bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri.
2. Permasalahan
dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah
masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali
bertentangan.
3. Selama
tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai
pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk bekerja
mandiri atau dengan temannya.
4. Selama
tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untuk menyatakan
ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan
ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua peserta didik diberi peluang
untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.
Fase 2: Mengorganisasikan Peserta Didik
untuk Belajar
Di
samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga
mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat
membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat
memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok peserta didik
dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda.
Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat
digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya
interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan
sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing
kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah
peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok
belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang
spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada
tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam
sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat
menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri
dan Kelompok
Penyelidikan
adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik
penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang
identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan,
dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek
yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai
mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar
peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide
mereka sendiri.
Guru
membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari
berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada peserta didik
untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk
sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah
peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang
fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan
dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase
ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima
secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat
peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat
serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.
Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artifak
(Hasil Karya) dan Mempamerkannya
Tahap
penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran.
Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape
(menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan
secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan
sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat
berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya
dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam
pemeran ini melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang
tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.
Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses
Pemecahan Masalah
Fase
ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu
peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan
keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini
guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang
telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.
Penilaian
dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill),
dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup
seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS),
ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian
terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian
terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan
partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam
pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru
mata pelajaran yang bersangkutan.
Penilaian
pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat
dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan
peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu
tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam
pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.
Self-assessment.
Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan
hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard)
oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.
Peer-assessment.
Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap
upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun
oleh teman dalam kelompoknya.
Penilaian yang relevan dalam PBL antara lain berikut ini.
1.
Penilaian
kinerja peserta didik.
Pada
penilaian kinerja ini, peserta didik diminta untuk unjuk kerja atau
mendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu, seperti menulis
karangan, melakukan suatu eksperimen, menginterpretasikan jawaban pada suatu
masalah, memainkan suatu lagu, atau melukis suatu gambar.
2.
Penilaian
portofolio peserta didik.
Penilaian
portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu
periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik dapat berupa hasil karya
terbaik peserta didik selama proses belajar, pekerjaan hasil tes, piagam
penghargaan, atau bentuk informasi lain yang terkait kompetensi tertentu dalam
suatu mata pelajaran.
Dari
informasi perkembangan itu peserta didik dan guru dapat menilai kemajuan
belajar yang dicapai dan peserta didik terus berusaha memperbaiki diri.
Penilain dengan portofolio dapat dipakai untuk penilaian pembelajaran yang
dilakukan secara kolaboratif. Penilaian kolaboratif dalam PBL dilakukan dengan
cara evaluasi diri (self assesment) dan peer assesment.
Self
assessment adalah penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri
terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang
ingin dicapai oleh peserta didik itu sendiri dalam belajar. Peer assessment
adalah penilian dimana peserta didik berdiskusi untuk memberikan penilaian
upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang diselesaikan sendiri maupun teman
dalam kelompoknya.
3.
Penilaian
Potensi Belajar
Penilaian
yang diarahkan untuk mengukur potensi belajar peserta didik yaitu mengukur
kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan bantuan guru atau teman-temannya yang
lebih maju. PBL yang memberi tugas-tugas pemecahan masalah memungkinkan peserta
didik untuk mengembangkan dan mengenali potensi kesiapan belajarnya.
4.
Penilaian
Usaha Kelompok
Menilai
usaha kelompok seperti yang dlakukan pada pembelajaran kooperatif dapat
dilakukan pada PBL. Penilaian usaha kelompok mengurangi kompetisi merugikan
yang sering terjadi, misalnya membandingkan peserta didik dengan temannya.
Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah
adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh peserta didik sebagai hasil
pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil pekerjaan secara bersama-sama.
Penilaian
proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan peserta didik tersebut,
penilaian ini antara lain: 1).assesment kerja, 2). assesment autentik dan 3).
portofolio. Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana
peserta didik merencanakan pemecahan masalah, melihat bagaimana peserta didik
menunjukkan pengetahuan dan keterampilannya.
Penilaian
kinerja memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan
dalam situasi yang sebenarnya. Sebagian masalah dalam kehidupan nyata bersifat
dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan konteks atau lingkungannya, maka
di samping pengembangan kurikulum juga perlu dikembangkan model pembelajaran
yang sesuai tujuan kurikulum yang memungkinkan peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan kerangka berpikir dalam memecahkan masalah serta kemampuannya untuk
bagaimana belajar (learning how to learn).
Dengan
kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan peserta didik akan mudah
beradaptasi. Dasar pemikiran pengembangan strategi pembelajaran tersebut sesuai
dengan pandangan kontruktivis yang menekankan kebutuhan peserta didik untuk
menyelidiki lingkungannya dan membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuan
bermakna.
Tahap
evaluasi pada PBM terdiri atas tiga hal : 1. bagaimana peserta didik dan
evaluator menilai produk (hasil akhir) proses 2. bagaimana mereka menerapkan
tahapan PBM untuk bekerja melalui masalah 3. bagaimana peserta didik akan
menyampaikan pengetahuan hasil pemecahan akan masalah atau sebagai bentuk
pertanggungjawaban mereka belajar menyampaikan hasil-hasil penilaian atau
respon-respon mereka dalam berbagai bentuk yang beragam, misalnya secara lisan
atau verbal, laporan tertulis, atau sebagai suatu bentuk penyajian formal
lainnya. Sebagian dari evaluasi memfokuskan pada pemecahan masalah oleh peserta
didik maupun dengan cara melakukan proses belajar kolaborasi (bekerja bersama
pihak lain).
sumber: Dirjen Dikdasmen KemendikbudSemoga bermanfaat....!!!
Related Post:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar