Minggu, 10 Februari 2019

Mengelola Kas Bank

Oleh: Winarto, S.Pd. M.Pd.
Kas dapat diubah menjadi aktiva lain dan digunakan untuk membeli barang atau jasa, serta memenuhi kewajiban dengan lebih mudah bila dibandingkan dengan aktiva lainnya. Oleh karena itu kas disebut juga aktiva liquid (cair). Karena sifatnya yang sangat likuid, kas sering menjadi sasaran kecurangan atau pencurian. Itulah sebabnya di dalam akuntansi untuk kas, prosedur-prosedur untuk melindunginya dari penyelewengan dan penyalahgunaan sangat penting artinya.
Pengendalian intern terhadap kas memerlukan prosedur-prosedur yang memadai untuk melindungi penerimaan kas maupun pengeluaran kas. Salah satu tindakan yang dapatdilakukan untuk pengawasan kasa adalah dengan menyetorkan semua kasa yang diterima ke bank.

Pengertian Kas
Kas adalah aktiva lancar baik berupa uang tunai atau benda lain yang segera dapat dijadikan uang tunai yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang sah pada kegiatan umum perusahaan. Kas dapat berupa uang tunai atau simpanan pada bank yang dapat digunakan dengan segera dan diterima sebagai alat pembayaran sebesar nilai nominalnya. Karakteristik umum suatu aset dikatakan sebagai kas adalah bahwa aset tersebut dapat diterima oleh bank sebagai setoran dengan jumlah yang sama dengan nominal yang tertera pada aset tersebut  Ada dua kriteria agar alat pembayaran dapat diklasifikasikan sebagai kas :
1.   Harus dapat diterima umum sebagai alat pembayaran atau diterima oleh bank sebagai simpanan sebesar nilai nominalnya.
2.   Harus dapat digunakan sebagai alat pembayaran untuk kegiatan sehari-hari

Dari pengertian seperti tersebut di atas, maka yang termasuk kas antara lain sebagai berikut :
1.   Uang kertas dan logam
2.   Cek dan bilyet giro yang diterima dari pihak lain sebagai bukti pembayaran
3.   Simpanan di bank dalam  bentuk giro (demand deposit), yakni simpanan di bank yang sewaktu-waktu dapat diambil.
4.   Money order yaitu surat perintah membayar sejumlah uang tertentu berdasarkan keperluan pengguna
5.   Traveler’s check yaitu cek yang dikeluarkan khusus untuk perjalanan (Turisme-Bisnis)
6.   Cashier check yaitu yang dibuat oleh suatu bank untuk suatu saat dicairkan di bank itu juga
7.   Bank Draf yaitu cek atau perintah membayar dari suatu bank yang mempunyai rekkening di bank lain, yang dikeluarkan atas permintaan seseorang atau nasabah, melalui penyetoran lebih dulu di bank pembuat.

Yang tidak dapat digunakan sebagai kas, antara lain :
1.   Cek mundur (Past dated check) yakni cek yang dapat diuangkan setelah tanggal jatuh tempo yang tertera pada cek.
2.   Deposito berjangka (time deposit) yakni simpanan di bank yang dapat diambil setelah jangka waktu berakhir.
3.   Wesel/Promes (Notes)
4.   Surat berharga
5.   Kas yang disisihkan untuk tujuan tertentu dalam bentuk dana (funds)

Pengelolaan dan Pengendalian Intern Kas
Kas perusahaan merupakan salah satu unsur yang rawan untuk diselewengkan. Oleh karena itu diperlukan sistem pengendalian kas yang memadai. Pengendalian intern yang baik terhadap kas memerlukan prosedur-prosedur yang memadai untuk melindungi penerimaan kas maupun pengeluaran kas. Dalam merancang prosedur-prosedur tersebut hendaknya diperhatikan tiga prinsip pokok pengendalian intern.
1.   harus terdapat pemisahan tugas secara tepat, sehingga petugas yang bertanggungjawab menangani transaksi kas dan menyimpan kas tidak merangkap sebagai petugas pencatat transaksi kas.
2.   semua penerimaan hendaknya disetorkan seluruhnya ke bank secara harian.
3.   semua pengeluaran kas hendaknya dilakukan dengan menggunakan cek; kecuali untuk pengeluaran yang kecil jumlahnya dimungkinkan untuk menggunakan uang tunai, yaitu melalui kas kecil

Prinsip pertama diperlukan agar petugas yang bersangkutan dengan transaksi tidak dapat dengan mudah melakukan penggelapan kas, kecuali bila mereka bersekongkol. Prinsip kedua dirancang agar petugas yang menangani kas tidak mempunyai kesempatan untuk menggunakan kas perusahaan untuk keperluan pribadi. Prinsip ketiga (semua pembayaran dilakukan dengan menggunakan cek) selain merupakan akibat prinsip kedua, juga dimaksudkan agar semua transaksi kas memiliki pencatatan yang terpisah dan dilakukan oleh pihak di luar perusahaan (ekstern). Hasil pencatatan yang dilakukan oleh bank dituangkan dalam laporan bank yang dapat dijadikan konfirmasi atas catatan yang dilakukan oleh perusahaan

Selain hal tersebut, pengelolaan dan pengendalian kas juka memerlukan  komponen dan dokumen yang lengkap dan akurat. Komponen dan dokumen tersebut meliputi berikut ini :
1.   Dokumen transaksi, baik penerimaan atau pengeluaran kas.
2.   Bukti setoran ke bank, sebagai bukti pendukung setoran kas
3.   Rekening koran dari bank, sebagai bukti konfirmasi saldo kas
4.   Register check, yakni buku jurnal penerimaan dan pengeluaran kas.

Untuk selanjutnya dokumen-dokumen penerimaan dan pengeluaran kas dapat diperinci seperti berikut ini. Dokumen penerimaan kas meliputi :
1.   Bukti penerimaan kas yang dibuat sendiri oleh perusahaan (BKM)
2.   Nota Kontan
3.   Surat pemberitahuan dari debitur, bahwa yang bersangkutan telah mengirimkan uang
4.   Memo (nota kredit) dari bank, sebagai  bukti kita menerima transfer dari pihak lain.
5.   Bukti setoran ke bank.

Dokumen pengeluaran kas :
1.   Bukti pengeluaran kas yang dibuat sendiri oleh perusahaan (BKK)
2.   Faktur (Nota) pembelian tunai
3.   Permintaan penggantian dana untuk keperluan pengisian kas perusahaan.
4.   Bukti pembayaran utang pada kreditur.

Pengawasan Penerimaan Kas
Penerimaan kas berasal dari hasil penjualan tunai sebaiknya dilakukan dengan melalui kas register pada saat transaksi penjualan terjadi. Untuk menjamin bahwa angka rupiah yang dimasukkan (dicatat) ke dalam kas register sesuai dengan harga jual yang sesungguhnya, maka kas register harus ditempatkan pada loket kasir sedemikian rupa, sehingga dapat terbaca oleh si pembeli. Selain itu petugas diwajibkan untuk menjalani mesin kas register yang ditandai dengan bunyi “kring”, sebagai tanda bahwa mesin telah mencatat data yang dimasukkan ke dalamnya.

Hal terakhir yang perlu diperhatikan adalah merancang data yang dimasukkan  sedemikian rupa, sehingga mesin kas register hanya bisa dibuka oleh orang yang berwenang. Hal ini dimaksudkan agar catatan dalam kas register bisa dipercaya karena tidak mudah diubah oleh sembarang orang dan bersifat permanen. Cara lain (yang sebenarnya sudah agak kuno) ialah menempatkan gulungan kertas pencatat dalam kas register. Pada setiap jam tertentu, petugas pemeriksa membuka mesin untuk mengambil kertas pencatat dan memindahkannya ke catatan akuntansi.

Penerimaan kas melalui pos dapat berwujud cek yang diterima di amplop atau berupa poswesel. Apabila cek yang diterima melalui pos, maka pada saat amplop dibuka harus dihadiri oleh dua orang petugas. Seorang diantaranya membuat daftar cek yang diterima sebanyak 3 (tiga) rangkap. Dalam daftar tersebut dicantumkan nama pengirim, maksud pembayaran, dan jumlah rupiahnya. Lembar pertama beserta cek-cek yang diterima, dikirimkan kepada kasir. Lembar kedua dikirimkan kepada bagian akuntansi, sedangkan lembar ketiga disimpan oleh petugas yang bersangkutan sebagai arsip

Apabila penerimaan kas melaui pos berupa poswesel, maka seperti halnya penerimaan cek melalui pos, penanganannya dilakukan oleh dua orang petugas. Petugas pertama membuat daftar poswesel sebanyak 3 (tiga) rangkap, sedangkan petugas kedua bertugas menguangkan poswesel ke kantor pos. Petugas ini harus mendapatkan penunjukkan dari perusahaan untuk menguangkan poswesel atas nama perusahaan, dan memiliki kartu C7. Pendistribusian daftar penerimaan poswesel, sama seperti halnya daftar penerimaan cek.

Kasir menyetorkan cek dan uang ke bank, dan petugas di bagian akuntansi mencatat transaksi penerimaan kas dalam jurnal. Dengan demikian apabila saldo menurut laporan bank direkonsiliasi (hal ini akan dibahas kemudian) oleh orang keempat, maka kesalahan atau kecurangan yang dilakukan dapat diketahui karena kas yang disetorkan ke bank harus sama jumlahnya dengan catatan yang dibuat oleh ketiga petugas lainnya. Dengan cara demikian, kecurangan jelas akan sulit dilakukan kecuali jika mereka bersekongkol. Petugas penerimaan pembayaran melalui pos harus melaporkan penerimaan tersebut kepada si pengirim. Jika hal ini tidak dilakukan, pengirim pasti akan menanyakannya. Kasir harus menyetorkan seluruh uang yang diterimanya, sebab saldo menurut laporan bank harus sama dengan saldo kas menurut bagian catatan di bagian akuntansi. Petugas di bagian akuntansi dan petugas yang akan melakukan rekonsiliasi tidak menangani uang atau cek yang diterima, sehingga mereka tidak mempunyai peluang untuk menggunakan atau menyelewengkan kas perusahaan

Secara umum, pengawasan terhadap penerimaan kas perusahaan dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti berikut ini:
1.  Terdapat pemisahan tugas secara tepat sehingga petugas yang bertanggungjawab menangani penerimaan kas dan menyimpan kas tidak bertugas sebagai pencatat transaksi penerimaan kas
2.  Setiap penerimaan segera dicatat dan disetorkan ke bank
3.  Menetapkan pelaksanaan laporan kas setiap hari

Pengawasan terhadap pengeluaran kas
Pengawasan atas penerimaan kas yang berasal dari penjualan tunai dan penerimaan kas melalui pos, merupakan hal yang penting. Akan tetapi kecurangan atau penyelewengan biasanya jarang terjadi melaui transaksi penerimaan kas, melainkan melalui pengeluaran kas atau dengan menggunakan faktur fiktif (palsu). Oleh karena itu pengawasan atas pengeluaran kas sama pentingnya atau bahkan kadang-kadang lebih penting daripada penerimaan kas.

Untuk mengawasi pengeluaran kas, maka semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan menggunakan cek, kecuali untuk pengeluaran yang jumlahnya kecil yang dapat dilakukan melalu kas kecil. Jika kewenangan untuk menandatangani cek didelegasikan kepada seorang pegawai yang ditunjuk, maka pegawai tersebut tidak diperkenankan untuk melakukan pencatatan transaksi kas. Hal ini untuk mencegah adanya kecurangan dalam iuran kas yang tidak nampak dalam catatan akuntansi.

Dalam kas perusahaan kecil, manajer-pemilik biasanya menandatangani semua cek yang akan dikeluarkan dan dari kontak-kontak langsung ia mengetahui dengan pasti apa yang harus dibayar. Dalam perusahaan besar, kontak-kontak langsung semakin berkurang dan digantikan dengan prosedur-prosedur pengendalian intern. Prosedur harus dirancang untuk memberi informasi kepada penandatanganan cek, bahwa pembayaran yang akan dilakukan adalah benar-benar kewajiban perusahaan, benar-benar terjadi, dan karenanya harus dibayar. Prosedur-prosedur yang banyak diterapkan pada berbagai perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan dalam melaksanakan sistem voucher

Secara umum, pengawasan terhadap pengeluaran kas perusahaan dapat dilakukan seperti berikut ini:
1.  Semua pengeluaran kas menggunakan cek kecuali untuk pengeluaran-pengeluaran kecil dibayar dari kas kecil
2.  Dibentuk kas kecil yang diawasi dengan ketat
3.  Penulisan cek hanya dilakukan bila didukung bukti (dokumen) yang lengkap atau digunakan sistem voucher
4.  Mengadakan pemisahan antara orang-orang yang mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran, yang menulis cek, yang menandatangani cek dan yang mencatat pengeluaran kas
5.  Melakukan pemeriksaan intern dalam waktu yang tidak tentu
6.  Menetapkan membuat laoran kas harian

Secara umum, untuk menerapkan prinsip pengawasan intern terhadap kas biasanya dilakukan :
1.   Pembentukan dana kas kecil (petty cash)
2.   Diadakan rekonsiliasi bank (menyesuaikan saldo kas yang ada di perusahaan dengan saldo kas yang terdapat di bank)
3.   Menggunakan sistem voucher dalam melakukan pembayaran/pengeluaran uang

Prosedur Penerimaan Kas
Prosedur Penerimaan Kas dari Penjualan TUNAI
Prosedur penerimaan kas yang diterapkan tergantung pada struktur organisasi peru-sahaan. Perusahaan yang menjual barang dagangan secara eceran berbeda dengan peru-sahaan yang tidak menjual barang dagangan secara eceran, pada prosedur penerimaan kasnya. Bagian yang terlibat dan kegiatan yang dilaksanakan pada prosedur penerimaan kas untuk perusahaan yang tidak menjual barang dagangan secara tunai antara lain:

Bagian Order Penjualan membuat faktur penjualan tunai sebanyak 3 lembar.
1.   Lembar 1, diserahkan ke pembeli untuk dibawa ke bagian kassa
2.   Lembar 2, diserahkan ke bagian gudang untuk menyiapkan barang yang akan diserahkan kepada pembeli oleh bagian pengiriman
3.   Lembar 3, untuk arsip di Bagian Penjualan

Bagian Kassa.
1.   menerima pembayaran sebesar harga faktur yang diserahkan oleh pembeli
2.   memasukkan data jumlah uang yang diterima ke dalam kas register
3.   menyerahkan faktur yang sudah dicap “lunas” bersama pita kas register kepada pem-beli untuk diserahkan kepada bagian pengiriman
4.   membuat bukti setoran ke bank

Bagian Pengiriman
1.   menerima barang bersama faktur lembar 2 dari bagian gudang
2.   menerima faktur lembar 1 bersama pita kas register dari bagian kassa via pembeli
3.   mengirimkan barang yang bersangkutan bersama faktur lembar 2 kepada pembeli setelah data faktur lembar 1 dan 2 dicocokkan
4.   menyerahkan faktur lembar 1 yang dilampiri pita kas register kepada bagian jurnal/akuntansi dan laporan.

Bagian Jurnal/Akuntansi dan Pelaporan
1.   menerima faktur lembar 1 bersama pita kas register dari Bagian Pengiriman
2.   mencatat faktur penjualan tunai dalam buku jurnal penerimaan kas
3.   mengarsipkan faktur penjualan tunai beserta pita kas register
4.   secara periodic membuat laporan penjualan tunai

Penerimaan Kas dari Piutang
Piutang perusahaan timbul dari transaksi penjualan kredit. Pembayaran dari kreditur / pelanggan dilakukan dengan mengirim cek atau transfer dana sehingga akan diterima Bagian Sekretariat/Umum. Bagian yang terkait dan kegiatan yang dilaksanakan dalam prosedur penerimaan kas dari piutang antara lain:
Bagian Sekretariat/Umum
1.   menerima surat pemberitahuan bersama cek dari pelanggan atau memo kredit dari bank bila pembayaran dilakukan dengan transfer dana.
2.   membuat daftar surat pemberitahuan yang diterima dari pelanggan dan memo kredit yang diterima dari bank, sebanyak 2 lembar
3.   Lembar 1, diserahkan kepada bagian piutang dilampiri dengan surat pemberitahuan dari debitur/pelanggan.
4.   Lembar 2, bersama cek yang bersangkutan diserahkan kepada bagian kassa

Bagian Piutang:
1.   menerima daftar surat pemberitahuan penerimaan piutang dari bagian sekretariat yang dilampiri surat pemberitahuan dari debitor
2.   menerima bukti setoran ke bank dari bagian kassa
3.   membuat bukti penerimaan kas bedasarkan data daftar surat pemberitahuan
4.   Lembar 1, diserahkan kepada debitorsebagai bukti penerimaan pembayaran
5.   Lembar 2, diserahkan kepada bagian jurnal dan laporan, dilampiri daftar surat pembe-ritahuan dan bukti setoran ke bank yang diterima dari bagian kassa
6.   mencatat bukti penerimaan kas dalam buku pembantu piutang.

Bagian Kassa:
1.   menerima daftar surat pemberitahuan bersama cek dari bagian sekretariat.
2.   membuat bukti setoran ke bank
3.   Lembar 1 bersama cek (setoran) diserahkan kepada bank
4.   Lembar 2 yang telah ditanda tangani oleh pejabat bank diserahkan kepada bagian piutang
5.   Lembar 3 untuk arsip di bagian kassa.

Bagian Jurnal dan Laporan:
1.   menerima bukti penerimaan kas dilampiri daftar surat pemberitahuan penerimaan piutang, surat pemberitahuan debitor, dan bukti setoran ke bank dari bagian piutang.
2.   mencatat bukti penerimaan kas dalam buku jurnal panerimaan kas.
3.   mengarsipkan bukti penerimaan kas, daftar surat pemberitahuan, surat pemberitahuan debitor, dan bukti setoran ke bank.

Prosedur Pengeluaran Kas
Dalam perusahaan yang mengelola kas dengan menarapkan sistem voucher,semua pengeluaran kas dilakukan dengan menggunakan cek, termasuk pengeluaran untuk pemben-tukan dan penggantian danakas kecil. Bukti pengeluaran kas didukung oleh dokumen-dokumen yang terkait dengan transaksi. Semua pengeluaran kas pada dasarnya harus melalui Bagian Utang sehingga bagian-bagian (unit organisasi) yang terkait dengan transaksi pengeluaran kas meliputi bagian utang, bagian kassa, serta bagian jurnal dan laporan. Kegiatan masing-masing bagian sebagai berikut.

Bagian Utang:(berada di dalam departemen akuntansi)
1.   menerima dokumen-dokumen pendukung yang diserahkan oleh bagian-bagian lain seperti surat order pembelian, laporan penerimaan barang, faktur pembelian, surat permintaan pengisian kas kecil, daftar gaji, beserta rekap daftar gaji yang harus dibayar.
2.   membuat bukti pengeluaran kas dalam 3 rangkap.
3.   Lembar 1 dan 3, dimasukkan dalam map bukti pengeluaran kasyang belum jatuh tempo atau voucher belum dibayar. Map tersebut berfungsi sebagai buku pembantu utang.
4.   Lembar 2, disampaikan kepada bagian buku pembantu untuk dicatat dalam buku pembantu yang terkait, misalnya dalam buku (kartu) sediaan.
5.   mencatat bukti pengeluaran kas dalam daftar (register) bukti pengeluaran kas.
6.   mengeluarkan bukti pengeluaran kas lembar 1 dan lembar 3 yang telah jatuh tempo pembayarannya beserta dokumen pendukung dari map bukti pengeluaran kas, kemu-dian diserahkan kepada bagian kasa untuk dilakukan pembayaran.
7.   menerima kembali bukti pengeluaran kas lembar 1 yang telah dicap lunas beserta doku-men pendukungnya dari bagian kassa.
8.   mencatat nomor cek dan tanggal pembayaran yang tercantum dalam bukti pengeluaran kas yang diterima kembali dari bagian kassa dalam daftar bukti pengeluaran kas.
9.   menyerahkan bukti pengeluaran kas lembar 1 yang beserta dokumen pendukungnya kepada bagian jurnal dan laporan.

Bagian Kas:
1.   menerima bukti pengeluaran kas lembar 1 dan lembar 3 yang telah jatuh tempo pemba-yarannya, beserta dokumen pendukung dari bagian utang .
2.   menyiapkan cek dengan jumlah uang yang tertulis dalam bukti pengeluaran kas, untuk ditandatangani sebagai pembayaran utang.
3.   menyerahkan bukti pengeluaran kas lembar 1 dan lembar 3:
4.   Lembar 1, setelah dicap lunas diserahkan kembali kepada bagian utang beserta dokumen pendukungnya.
5.   Lembar 3, diserahkan kepada kreditor yang bersangkutan bersamadengan cek yang telah ditandatangani sebagai pembayaran utang.

Bagian Jurnal dan Laporan:
1.   menerima bukti pengeluaran kas lembar 1 bersama dengan dokumen pendukungnya dari bagian utang.
2.   mencatat bukti pengeluaran kas dalm register cek yang berfungsi sebagai buku jurnal pengeluaran kas.
3.   mengarsipkan bukti pengeluaran kas bersama dengan dokumen pendukungnya menu-rut urutan nomor bukti pengeluaran kas dalam folder (map) khusus. Folder yang bersangkutan merupakan arsip voucher yang sudah dibayar

Perhitungan Uang Kas (Cash Opname)
Untuk melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran pencatatan uang kas, perlu diadakan perhitungan uang kas yang dapat dilakukan dengan 2 cara :
a.       Pemeriksaan saldo kas melalui catatan yang ada
b.       Pemeriksaan saldo kas secara fisik
Kegiatan tersebut dituangkan dalam berita acara perhitungan uang kas.
Untuk melakukan pemeriksaan saldo kas melalui catatan yang ada, secara umum dibuat bagan sebagai berikut :
            Saldo kas awal                                                     Rp  xx
            Penerimaan kas selama satu bulan                     Rp  xx  (+)
                                                                                         Rp  xx
            Pengeluaran kas selama satu bulan                    Rp  xx  (-)
            Saldo kas akhir bulan                                           Rp  xx

Contoh berita acara perhitungan uang kas adalah sebagai berikut :
Berita Acara Perhitungan Uang Kas
UD SUBUR MAKMUR
Per 30 Juni 2016
======================================================================
a.       Saldo kas menurut catatan perusahaan                                          Rp     1.500.000,-
Saldo kas per 1 Juni 2016                                                                Rp 345.150.000,-  (+)
Jumlah penerimaan selama bulan Juni 2016                                   Rp 346.650.000,-
Jumlah pengeluaran selama bulan Juni 2016                                  Rp 327.225.500,-  (-)
Saldo buku kas per 30 Juni 2016                                                     Rp   19.424.500,-

b.       Perhitungan uang kas per 30 Juni 2016 menghasilkan  jumlah sbb :
Uang kertas :
     lembar @  Rp  100.000,-     =     Rp   10.000.000,-
     lembar @  Rp    50.000,-     =     Rp     5.000.000,-          
     lembar @  Rp    20.000,-     =     Rp     3.000.000,-
     lembar @  Rp    10.000,-     =     Rp        700.000,-
     lembar @  Rp      5.000,-     =     Rp        300.000,-
     lembar @  Rp      1.000,-     =     Rp        200.000,-
     lembar @  Rp         500,-     =    Rp        150.000,- (+)
                                                                                          Rp   19.350.000,-
Uang logam :
keping @  Rp  1.000,-        =      Rp           30.000,-
keping @  Rp     500,-        =      Rp           25.000,-
keping @  Rp     200,-        =      Rp           10.000,-
keping @  Rp     100,-        =      Rp             8.000,-
keping @  Rp       50,-        =     Rp             1.550,- (+)
                                                                                          Rp           74.550,-
                                                                                          Rp    19.424.550,-
Selisih kas :
Saldo buku kas                                                                           Rp    19.424.500,-
Hasil pperhitungan kas                                                                 Rp    19.424.550,-
Selisih Kas (Lebih)                                                                       Rp                  50,-

                                                                              Yogyakarta, 30 Juni 2016

Akuntansi                            Seksi                                        Pemeriksa
                                          1.  TIARA  (…………..)



(Drs. ARIEF)                       2.  HAIYA (………….)                 (TRI UTAMI, S.E.)                                       

Selisih Kas
Jika hasil perhitungan fisik kas tidak sama dengan kas menurut catatan (buku kas) maka hal ini dikatakan terdapat SELISIH KAS. Selisih kas tersebut dapat berupa selisih lebih atau selisih kurang.
1.     Selisih lebih, jika jumlah uang tunai yang ada lebih besar dari jumlah kas menurut buku/catatan.
2.     Selisih kurang, jika jumlah uang tunai yang ada lebih kecil dari jumlah kas menurut buku.

Selisih kas tersebut dicatat dalam akun “SELISIH KAS” (DEBET) jika terdapat selisih kurang dan akun “SELISIH KAS” (KREDIT) jika selisih lebih. Saldo debet selisih kas diperlakukan sebagai beban lain-lain atau beban di luar usaha. Sebab-sebab terjadinya selisih kas antara lain :
1.   Kesalahan pencatatan ke dalam jurnal penerimaan kas ataupun jurnal pengeluaran kas
2.   Adanya penerimaan atau pembayaran yang ada nilai recehan (kecil) kemudian dibulatkan ke atas/ke bawah
3.   Adanya uang palsu
4.   Sebab-sebab yang sama sekali tidak diketahui

Contoh :
Berikut ini sebagian data transaksi yang terjadi pada UD Karya Mandiri pada bulan Januari 2016:
Januari 25, Penjualan tunai barang dagangan seharga Rp  1.450.000,- ternyata uang tunai yang ada Rp   1.449.500,-
Januari 27, Penjualan tunai barang dagangan seharga Rp 2.500.000,- sedangkan uang tunai yang ada Rp 2.501.000,-
Januari 31, Saldo rekening kas Rp Rp 4.570.000,-, tetapi berdasarkan perhitungan secara fisik Rp 4.750.000,-
Setelah dilakukan penelitian, ternyata pembelian perlengkapan kantor secara tunai pada tanggal 20 Januari 2014 Rp 1.570.000,- dicatat         Rp 1.750.000,-
Januari 31, Saldo rekening kas berjumlah Rp 13.450.000,- tetapi jumlah uang kas yang ada sebenarnya Rp 13.455.000,-. Setelah diteliti tidak ditemukan penyebab terjadinya selisih kas.

Jurnal koreksi untuk mencatat transaksi di atas adalah :
JURNAL UMUM
Tanggal
Uraian
Ref
Debet
Kredit
2016





Jan
25
Selisih Kas

Rp             500,-



Kas

Rp   1.449.500,-



           Penjualan


Rp 1.450.000,-






Jan
27
Kas

Rp   2.501.000,-



           Selisih Kas


R        1.000,-


           Penjualan


Rp  2.500.000,-
Jan
31
Kas

Rp      180.000,-



           Perlengkapan Kantor


Rp    180.000,-






Jan
31
Kas

Rp          5.000,-



           Selisih Kas


Rp        5.000,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar