Kas dapat diubah menjadi aktiva lain dan digunakan untuk membeli barang
atau jasa, serta memenuhi kewajiban dengan lebih mudah bila dibandingkan dengan
aktiva lainnya. Oleh karena itu kas disebut juga aktiva liquid (cair). Karena
sifatnya yang sangat likuid, kas sering menjadi sasaran kecurangan atau
pencurian. Itulah sebabnya di dalam akuntansi untuk kas, prosedur-prosedur
untuk melindunginya dari penyelewengan dan penyalahgunaan sangat penting
artinya.
Pengendalian intern terhadap kas memerlukan prosedur-prosedur yang memadai
untuk melindungi penerimaan kas maupun pengeluaran kas. Salah satu tindakan
yang dapatdilakukan untuk pengawasan kasa adalah dengan menyetorkan semua kasa
yang diterima ke bank.
Pengertian
Kas
Kas adalah aktiva lancar baik berupa uang tunai atau benda lain yang segera
dapat dijadikan uang tunai yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang
sah pada kegiatan umum perusahaan. Kas dapat berupa uang tunai atau simpanan
pada bank yang dapat digunakan dengan segera dan diterima sebagai alat
pembayaran sebesar nilai nominalnya. Karakteristik umum suatu
aset dikatakan sebagai kas adalah bahwa aset tersebut dapat diterima oleh bank
sebagai setoran dengan jumlah yang sama dengan nominal yang tertera pada aset
tersebut Ada dua kriteria agar alat pembayaran dapat
diklasifikasikan sebagai kas :
1. Harus dapat diterima umum sebagai alat pembayaran atau
diterima oleh bank sebagai simpanan sebesar nilai nominalnya.
2. Harus dapat digunakan sebagai alat pembayaran untuk
kegiatan sehari-hari
Dari pengertian seperti tersebut di atas, maka yang termasuk kas antara
lain sebagai berikut :
1.
Uang
kertas dan logam
2.
Cek
dan bilyet giro yang diterima dari pihak lain sebagai bukti pembayaran
3. Simpanan di bank dalam bentuk giro
(demand deposit), yakni simpanan di bank yang sewaktu-waktu dapat diambil.
4.
Money order yaitu surat perintah
membayar sejumlah uang tertentu berdasarkan keperluan pengguna
5. Traveler’s check yaitu cek yang dikeluarkan khusus untuk perjalanan (Turisme-Bisnis)
6. Cashier check yaitu yang dibuat oleh suatu bank untuk suatu saat dicairkan
di bank itu juga
7.
Bank Draf yaitu cek atau
perintah membayar dari suatu bank yang mempunyai rekkening di bank lain, yang
dikeluarkan atas permintaan seseorang atau nasabah, melalui penyetoran lebih
dulu di bank pembuat.
Yang tidak dapat digunakan sebagai kas, antara lain :
1.
Cek mundur (Past dated check) yakni cek yang dapat diuangkan setelah tanggal
jatuh tempo yang tertera pada cek.
2.
Deposito berjangka (time deposit) yakni simpanan di bank yang dapat diambil setelah
jangka waktu berakhir.
3.
Wesel/Promes (Notes)
4.
Surat berharga
5. Kas yang disisihkan untuk tujuan tertentu dalam bentuk
dana (funds)
Pengelolaan
dan Pengendalian Intern Kas
Kas perusahaan merupakan salah satu unsur yang rawan untuk diselewengkan.
Oleh karena itu diperlukan sistem pengendalian kas yang memadai. Pengendalian
intern yang baik terhadap kas memerlukan prosedur-prosedur yang memadai untuk
melindungi penerimaan kas maupun pengeluaran kas. Dalam merancang
prosedur-prosedur tersebut hendaknya diperhatikan tiga prinsip pokok
pengendalian intern.
1. harus terdapat pemisahan tugas secara tepat, sehingga
petugas yang bertanggungjawab menangani transaksi kas dan menyimpan kas tidak
merangkap sebagai petugas pencatat transaksi kas.
2. semua penerimaan hendaknya disetorkan seluruhnya ke bank
secara harian.
3. semua pengeluaran kas hendaknya dilakukan dengan
menggunakan cek; kecuali untuk pengeluaran yang kecil jumlahnya dimungkinkan
untuk menggunakan uang tunai, yaitu melalui kas kecil
Prinsip pertama diperlukan agar petugas yang bersangkutan dengan transaksi
tidak dapat dengan mudah melakukan penggelapan kas, kecuali bila mereka
bersekongkol. Prinsip kedua dirancang agar petugas yang menangani kas tidak
mempunyai kesempatan untuk menggunakan kas perusahaan untuk keperluan pribadi.
Prinsip ketiga (semua pembayaran dilakukan dengan menggunakan cek) selain
merupakan akibat prinsip kedua, juga dimaksudkan agar semua transaksi kas memiliki
pencatatan yang terpisah dan dilakukan oleh pihak di luar perusahaan (ekstern).
Hasil pencatatan yang dilakukan oleh bank dituangkan dalam laporan bank yang
dapat dijadikan konfirmasi atas catatan yang dilakukan oleh perusahaan
Selain hal tersebut, pengelolaan dan pengendalian kas juka memerlukan komponen dan dokumen yang lengkap dan akurat.
Komponen dan dokumen tersebut meliputi berikut ini :
1. Dokumen transaksi, baik penerimaan atau pengeluaran kas.
2. Bukti setoran ke bank, sebagai bukti pendukung setoran
kas
3. Rekening koran dari bank, sebagai bukti konfirmasi saldo
kas
4. Register check, yakni buku jurnal penerimaan dan
pengeluaran kas.
Untuk selanjutnya dokumen-dokumen penerimaan dan pengeluaran kas dapat
diperinci seperti berikut ini. Dokumen penerimaan kas meliputi :
1. Bukti penerimaan kas yang dibuat sendiri oleh perusahaan
(BKM)
2. Nota Kontan
3. Surat pemberitahuan dari debitur, bahwa yang bersangkutan
telah mengirimkan uang
4. Memo (nota kredit) dari bank, sebagai bukti kita menerima transfer dari pihak lain.
5. Bukti setoran ke bank.
Dokumen pengeluaran kas :
1. Bukti pengeluaran kas yang dibuat sendiri oleh perusahaan
(BKK)
2. Faktur (Nota) pembelian tunai
3. Permintaan penggantian dana untuk keperluan pengisian kas
perusahaan.
4. Bukti pembayaran utang pada kreditur.
Pengawasan Penerimaan Kas
Penerimaan kas berasal dari
hasil penjualan tunai sebaiknya dilakukan dengan melalui kas register pada saat
transaksi penjualan terjadi. Untuk menjamin bahwa angka rupiah yang dimasukkan
(dicatat) ke dalam kas register sesuai dengan harga jual yang sesungguhnya,
maka kas register harus ditempatkan pada loket kasir sedemikian rupa, sehingga
dapat terbaca oleh si pembeli. Selain itu petugas diwajibkan untuk menjalani
mesin kas register yang ditandai dengan bunyi “kring”, sebagai tanda bahwa
mesin telah mencatat data yang dimasukkan ke dalamnya.
Hal terakhir yang perlu
diperhatikan adalah merancang data yang dimasukkan sedemikian rupa, sehingga mesin kas register
hanya bisa dibuka oleh orang yang berwenang. Hal ini dimaksudkan agar catatan
dalam kas register bisa dipercaya karena tidak mudah diubah oleh sembarang
orang dan bersifat permanen. Cara lain (yang sebenarnya sudah agak kuno) ialah
menempatkan gulungan kertas pencatat dalam kas register. Pada setiap jam
tertentu, petugas pemeriksa membuka mesin untuk mengambil kertas pencatat dan
memindahkannya ke catatan akuntansi.
Penerimaan kas melalui pos
dapat berwujud cek yang diterima di amplop atau berupa poswesel. Apabila cek
yang diterima melalui pos, maka pada saat amplop dibuka harus dihadiri oleh dua
orang petugas. Seorang diantaranya membuat daftar cek yang diterima sebanyak 3
(tiga) rangkap. Dalam daftar tersebut dicantumkan nama pengirim, maksud
pembayaran, dan jumlah rupiahnya. Lembar pertama beserta cek-cek yang diterima,
dikirimkan kepada kasir. Lembar kedua dikirimkan kepada bagian akuntansi,
sedangkan lembar ketiga disimpan oleh petugas yang bersangkutan sebagai arsip
Apabila penerimaan kas
melaui pos berupa poswesel, maka seperti halnya penerimaan cek melalui pos,
penanganannya dilakukan oleh dua orang petugas. Petugas pertama membuat daftar
poswesel sebanyak 3 (tiga) rangkap, sedangkan petugas kedua bertugas
menguangkan poswesel ke kantor pos. Petugas ini harus mendapatkan penunjukkan
dari perusahaan untuk menguangkan poswesel atas nama perusahaan, dan memiliki
kartu C7. Pendistribusian daftar penerimaan poswesel, sama seperti halnya
daftar penerimaan cek.
Kasir menyetorkan cek dan
uang ke bank, dan petugas di bagian akuntansi mencatat transaksi penerimaan kas
dalam jurnal. Dengan demikian apabila saldo menurut laporan bank direkonsiliasi
(hal ini akan dibahas kemudian) oleh orang keempat, maka kesalahan atau
kecurangan yang dilakukan dapat diketahui karena kas yang disetorkan ke bank
harus sama jumlahnya dengan catatan yang dibuat oleh ketiga petugas lainnya.
Dengan cara demikian, kecurangan jelas akan sulit dilakukan kecuali jika mereka
bersekongkol. Petugas penerimaan pembayaran melalui pos harus melaporkan
penerimaan tersebut kepada si pengirim. Jika hal ini tidak dilakukan, pengirim
pasti akan menanyakannya. Kasir harus menyetorkan seluruh uang yang
diterimanya, sebab saldo menurut laporan bank harus sama dengan saldo kas
menurut bagian catatan di bagian akuntansi. Petugas di bagian akuntansi dan
petugas yang akan melakukan rekonsiliasi tidak menangani uang atau cek yang
diterima, sehingga mereka tidak mempunyai peluang untuk menggunakan atau
menyelewengkan kas perusahaan
Secara umum, pengawasan
terhadap penerimaan kas perusahaan dapat dilakukan melalui berbagai cara
seperti berikut ini:
1. Terdapat
pemisahan tugas secara tepat sehingga petugas yang bertanggungjawab menangani
penerimaan kas dan menyimpan kas tidak bertugas sebagai pencatat transaksi
penerimaan kas
2. Setiap penerimaan segera dicatat dan disetorkan ke bank
3. Menetapkan pelaksanaan laporan kas setiap hari
Pengawasan
terhadap pengeluaran kas
Pengawasan atas penerimaan
kas yang berasal dari penjualan tunai dan penerimaan kas melalui pos, merupakan
hal yang penting. Akan tetapi kecurangan atau penyelewengan biasanya jarang
terjadi melaui transaksi penerimaan kas, melainkan melalui pengeluaran kas atau
dengan menggunakan faktur fiktif (palsu). Oleh karena itu pengawasan atas
pengeluaran kas sama pentingnya atau bahkan kadang-kadang lebih penting
daripada penerimaan kas.
Untuk mengawasi pengeluaran
kas, maka semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan menggunakan cek, kecuali
untuk pengeluaran yang jumlahnya kecil yang dapat dilakukan melalu kas kecil.
Jika kewenangan untuk menandatangani cek didelegasikan kepada seorang pegawai
yang ditunjuk, maka pegawai tersebut tidak diperkenankan untuk melakukan
pencatatan transaksi kas. Hal ini untuk mencegah adanya kecurangan dalam iuran
kas yang tidak nampak dalam catatan akuntansi.
Dalam kas perusahaan kecil,
manajer-pemilik biasanya menandatangani semua cek yang akan dikeluarkan dan
dari kontak-kontak langsung ia mengetahui dengan pasti apa yang harus dibayar.
Dalam perusahaan besar, kontak-kontak langsung semakin berkurang dan digantikan
dengan prosedur-prosedur pengendalian intern. Prosedur harus dirancang untuk
memberi informasi kepada penandatanganan cek, bahwa pembayaran yang akan
dilakukan adalah benar-benar kewajiban perusahaan, benar-benar terjadi, dan
karenanya harus dibayar. Prosedur-prosedur yang banyak diterapkan pada berbagai
perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan dalam melaksanakan
sistem voucher
Secara umum, pengawasan
terhadap pengeluaran kas perusahaan dapat dilakukan seperti berikut ini:
1. Semua pengeluaran kas menggunakan cek kecuali untuk
pengeluaran-pengeluaran kecil dibayar dari kas kecil
2. Dibentuk kas kecil yang diawasi dengan ketat
3. Penulisan cek hanya dilakukan bila didukung bukti
(dokumen) yang lengkap atau digunakan sistem voucher
4. Mengadakan pemisahan antara orang-orang yang mengumpulkan
bukti-bukti pengeluaran, yang menulis cek, yang menandatangani cek dan yang
mencatat pengeluaran kas
5. Melakukan pemeriksaan intern dalam waktu yang tidak tentu
6. Menetapkan
membuat laoran kas harian
Secara umum, untuk menerapkan prinsip pengawasan intern terhadap kas
biasanya dilakukan :
1. Pembentukan
dana kas kecil (petty cash)
2. Diadakan rekonsiliasi bank (menyesuaikan saldo kas yang
ada di perusahaan dengan saldo kas yang terdapat di bank)
3. Menggunakan sistem voucher dalam melakukan
pembayaran/pengeluaran uang
Prosedur
Penerimaan Kas
Prosedur
Penerimaan Kas dari Penjualan TUNAI
Prosedur penerimaan kas yang
diterapkan tergantung pada struktur organisasi peru-sahaan. Perusahaan yang
menjual barang dagangan secara eceran berbeda dengan peru-sahaan yang tidak
menjual barang dagangan secara eceran, pada prosedur penerimaan kasnya. Bagian
yang terlibat dan kegiatan yang dilaksanakan pada prosedur penerimaan kas untuk
perusahaan yang tidak menjual barang dagangan secara tunai antara lain:
Bagian Order Penjualan
membuat faktur penjualan tunai sebanyak 3 lembar.
1. Lembar
1, diserahkan ke pembeli untuk dibawa ke bagian kassa
2. Lembar
2, diserahkan ke bagian gudang untuk menyiapkan barang yang akan diserahkan
kepada pembeli oleh bagian pengiriman
3. Lembar
3, untuk arsip di Bagian Penjualan
Bagian Kassa.
1. menerima
pembayaran sebesar harga faktur yang diserahkan oleh pembeli
2. memasukkan
data jumlah uang yang diterima ke dalam kas register
3. menyerahkan
faktur yang sudah dicap “lunas” bersama pita kas register kepada pem-beli untuk
diserahkan kepada bagian pengiriman
4. membuat
bukti setoran ke bank
Bagian Pengiriman
1. menerima
barang bersama faktur lembar 2 dari bagian gudang
2. menerima
faktur lembar 1 bersama pita kas register dari bagian kassa via pembeli
3. mengirimkan
barang yang bersangkutan bersama faktur lembar 2 kepada pembeli setelah data
faktur lembar 1 dan 2 dicocokkan
4. menyerahkan
faktur lembar 1 yang dilampiri pita kas register kepada bagian jurnal/akuntansi
dan laporan.
Bagian Jurnal/Akuntansi dan
Pelaporan
1. menerima
faktur lembar 1 bersama pita kas register dari Bagian Pengiriman
2. mencatat
faktur penjualan tunai dalam buku jurnal penerimaan kas
3. mengarsipkan
faktur penjualan tunai beserta pita kas register
4. secara
periodic membuat laporan penjualan tunai
Penerimaan Kas dari Piutang
Piutang perusahaan timbul
dari transaksi penjualan kredit. Pembayaran dari kreditur / pelanggan dilakukan
dengan mengirim cek atau transfer dana sehingga akan diterima Bagian
Sekretariat/Umum. Bagian yang terkait dan kegiatan yang dilaksanakan dalam
prosedur penerimaan kas dari piutang antara lain:
Bagian Sekretariat/Umum
1. menerima
surat pemberitahuan bersama cek dari pelanggan atau memo kredit dari bank bila
pembayaran dilakukan dengan transfer dana.
2. membuat
daftar surat pemberitahuan yang diterima dari pelanggan dan memo kredit yang
diterima dari bank, sebanyak 2 lembar
3. Lembar
1, diserahkan kepada bagian piutang dilampiri dengan surat pemberitahuan dari
debitur/pelanggan.
4. Lembar
2, bersama cek yang bersangkutan diserahkan kepada bagian kassa
Bagian Piutang:
1. menerima
daftar surat pemberitahuan penerimaan piutang dari bagian sekretariat yang
dilampiri surat pemberitahuan dari debitor
2. menerima
bukti setoran ke bank dari bagian kassa
3. membuat
bukti penerimaan kas bedasarkan data daftar surat pemberitahuan
4. Lembar
1, diserahkan kepada debitorsebagai bukti penerimaan pembayaran
5. Lembar
2, diserahkan kepada bagian jurnal dan laporan, dilampiri daftar surat
pembe-ritahuan dan bukti setoran ke bank yang diterima dari bagian kassa
6. mencatat
bukti penerimaan kas dalam buku pembantu piutang.
Bagian Kassa:
1. menerima
daftar surat pemberitahuan bersama cek dari bagian sekretariat.
2. membuat
bukti setoran ke bank
3. Lembar
1 bersama cek (setoran) diserahkan kepada bank
4. Lembar
2 yang telah ditanda tangani oleh pejabat bank diserahkan kepada bagian piutang
5. Lembar
3 untuk arsip di bagian kassa.
Bagian Jurnal dan Laporan:
1. menerima
bukti penerimaan kas dilampiri daftar surat pemberitahuan penerimaan piutang,
surat pemberitahuan debitor, dan bukti setoran ke bank dari bagian piutang.
2. mencatat
bukti penerimaan kas dalam buku jurnal panerimaan kas.
3. mengarsipkan
bukti penerimaan kas, daftar surat pemberitahuan, surat pemberitahuan debitor,
dan bukti setoran ke bank.
Prosedur
Pengeluaran Kas
Dalam perusahaan yang mengelola kas dengan menarapkan sistem voucher,semua
pengeluaran kas dilakukan dengan menggunakan cek, termasuk pengeluaran untuk
pemben-tukan dan penggantian danakas kecil. Bukti pengeluaran kas didukung oleh
dokumen-dokumen yang terkait dengan transaksi. Semua pengeluaran kas pada
dasarnya harus melalui Bagian Utang sehingga bagian-bagian (unit organisasi)
yang terkait dengan transaksi pengeluaran kas meliputi bagian utang, bagian
kassa, serta bagian jurnal dan laporan. Kegiatan masing-masing bagian sebagai
berikut.
Bagian Utang:(berada di dalam
departemen akuntansi)
1. menerima dokumen-dokumen pendukung yang diserahkan oleh
bagian-bagian lain seperti surat order pembelian, laporan penerimaan barang,
faktur pembelian, surat permintaan pengisian kas kecil, daftar gaji, beserta
rekap daftar gaji yang harus dibayar.
2. membuat bukti pengeluaran kas dalam 3 rangkap.
3. Lembar 1 dan 3, dimasukkan dalam map bukti pengeluaran
kasyang belum jatuh tempo atau voucher belum dibayar. Map tersebut berfungsi
sebagai buku pembantu utang.
4. Lembar 2, disampaikan kepada bagian buku pembantu untuk
dicatat dalam buku pembantu yang terkait, misalnya dalam buku (kartu) sediaan.
5. mencatat bukti pengeluaran kas dalam daftar (register)
bukti pengeluaran kas.
6. mengeluarkan bukti pengeluaran kas lembar 1 dan lembar 3
yang telah jatuh tempo pembayarannya beserta dokumen pendukung dari map bukti
pengeluaran kas, kemu-dian diserahkan kepada bagian kasa untuk dilakukan
pembayaran.
7. menerima kembali bukti pengeluaran kas lembar 1 yang
telah dicap lunas beserta doku-men pendukungnya dari bagian kassa.
8. mencatat nomor cek dan tanggal pembayaran yang tercantum
dalam bukti pengeluaran kas yang diterima kembali dari bagian kassa dalam
daftar bukti pengeluaran kas.
9. menyerahkan bukti pengeluaran kas lembar 1 yang beserta
dokumen pendukungnya kepada bagian jurnal dan laporan.
Bagian Kas:
1. menerima bukti pengeluaran kas lembar 1 dan lembar 3 yang
telah jatuh tempo pemba-yarannya, beserta dokumen pendukung dari bagian utang .
2. menyiapkan cek dengan jumlah uang yang tertulis dalam
bukti pengeluaran kas, untuk ditandatangani sebagai pembayaran utang.
3. menyerahkan bukti pengeluaran kas lembar 1 dan lembar 3:
4. Lembar 1, setelah dicap lunas diserahkan kembali kepada
bagian utang beserta dokumen pendukungnya.
5. Lembar 3, diserahkan kepada kreditor yang bersangkutan
bersamadengan cek yang telah ditandatangani sebagai pembayaran utang.
Bagian Jurnal dan Laporan:
1. menerima bukti pengeluaran kas lembar 1 bersama dengan
dokumen pendukungnya dari bagian utang.
2. mencatat bukti pengeluaran kas dalm register cek yang berfungsi
sebagai buku jurnal pengeluaran kas.
3. mengarsipkan bukti pengeluaran kas bersama dengan dokumen
pendukungnya menu-rut urutan nomor bukti pengeluaran kas dalam folder (map)
khusus. Folder yang bersangkutan merupakan arsip voucher yang sudah dibayar
Perhitungan
Uang Kas (Cash Opname)
Untuk melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran pencatatan uang kas, perlu
diadakan perhitungan uang kas yang dapat dilakukan dengan 2 cara :
a.
Pemeriksaan
saldo kas melalui catatan yang ada
b. Pemeriksaan
saldo kas secara fisik
Kegiatan tersebut dituangkan dalam berita acara perhitungan uang kas.
Untuk melakukan pemeriksaan saldo kas melalui catatan yang ada, secara umum
dibuat bagan sebagai berikut :
Saldo
kas awal Rp xx
Penerimaan
kas selama satu bulan Rp xx (+)
Rp xx
Pengeluaran
kas selama satu bulan Rp xx (-)
Saldo
kas akhir bulan Rp xx
Contoh berita acara perhitungan uang kas adalah sebagai berikut :
Berita Acara Perhitungan Uang Kas
UD
SUBUR MAKMUR
Per
30 Juni 2016
======================================================================
a.
Saldo
kas menurut catatan perusahaan Rp 1.500.000,-
Saldo kas per 1 Juni 2016 Rp
345.150.000,- (+)
Jumlah penerimaan selama bulan Juni 2016 Rp 346.650.000,-
Jumlah pengeluaran selama bulan Juni 2016 Rp
327.225.500,- (-)
Saldo buku kas per 30 Juni 2016 Rp 19.424.500,-
b.
Perhitungan
uang kas per 30 Juni 2016 menghasilkan
jumlah sbb :
Uang kertas :
lembar @ Rp
100.000,- = Rp
10.000.000,-
lembar @ Rp
50.000,- = Rp
5.000.000,-
lembar @ Rp
20.000,- = Rp
3.000.000,-
lembar @ Rp
10.000,- = Rp
700.000,-
lembar @ Rp
5.000,- = Rp
300.000,-
lembar @ Rp
1.000,- = Rp
200.000,-
lembar @ Rp
500,- = Rp 150.000,-
(+)
Rp 19.350.000,-
Uang logam :
keping @ Rp
1.000,- = Rp 30.000,-
keping
@ Rp 500,-
= Rp 25.000,-
keping
@ Rp
200,- = Rp 10.000,-
keping
@ Rp
100,- = Rp 8.000,-
keping
@ Rp 50,- = Rp 1.550,- (+)
Rp 74.550,-
Rp
19.424.550,-
Selisih
kas :
Saldo
buku kas Rp 19.424.500,-
Hasil
pperhitungan kas Rp 19.424.550,-
Selisih
Kas (Lebih) Rp 50,-
Yogyakarta,
30 Juni 2016
Akuntansi Seksi Pemeriksa
1. TIARA
(…………..)
(Drs.
ARIEF) 2. HAIYA (………….) (TRI
UTAMI, S.E.)
Selisih
Kas
Jika hasil perhitungan fisik kas tidak sama dengan kas menurut catatan
(buku kas) maka hal ini dikatakan terdapat SELISIH KAS. Selisih kas tersebut
dapat berupa selisih lebih atau selisih kurang.
1. Selisih lebih, jika jumlah uang tunai yang ada lebih
besar dari jumlah kas menurut buku/catatan.
2. Selisih kurang, jika jumlah uang tunai yang ada lebih
kecil dari jumlah kas menurut buku.
Selisih kas tersebut dicatat dalam akun “SELISIH KAS” (DEBET) jika terdapat
selisih kurang dan akun “SELISIH KAS” (KREDIT) jika selisih lebih. Saldo debet
selisih kas diperlakukan sebagai beban lain-lain atau beban di luar usaha.
Sebab-sebab terjadinya selisih kas antara lain :
1. Kesalahan pencatatan ke dalam jurnal penerimaan kas
ataupun jurnal pengeluaran kas
2. Adanya penerimaan atau pembayaran yang ada nilai recehan
(kecil) kemudian dibulatkan ke atas/ke bawah
3.
Adanya uang palsu
4. Sebab-sebab yang sama sekali tidak diketahui
Contoh :
Berikut ini sebagian data transaksi yang terjadi pada UD Karya Mandiri pada
bulan Januari 2016:
Januari 25, Penjualan tunai barang dagangan seharga Rp 1.450.000,- ternyata uang tunai yang ada
Rp 1.449.500,-
Januari 27, Penjualan tunai barang dagangan seharga Rp 2.500.000,- sedangkan
uang tunai yang ada Rp 2.501.000,-
Januari 31, Saldo rekening kas Rp Rp 4.570.000,-, tetapi berdasarkan perhitungan
secara fisik Rp 4.750.000,-
Setelah dilakukan penelitian,
ternyata pembelian perlengkapan kantor secara tunai pada tanggal 20 Januari
2014 Rp 1.570.000,- dicatat Rp
1.750.000,-
Januari 31, Saldo rekening kas berjumlah Rp 13.450.000,- tetapi jumlah uang kas
yang ada sebenarnya Rp 13.455.000,-. Setelah diteliti tidak ditemukan penyebab
terjadinya selisih kas.
Jurnal koreksi untuk mencatat transaksi di atas adalah :
JURNAL UMUM
Tanggal
|
Uraian
|
Ref
|
Debet
|
Kredit
|
|
2016
|
|||||
Jan
|
25
|
Selisih Kas
|
Rp 500,-
|
||
Kas
|
Rp 1.449.500,-
|
||||
Penjualan
|
Rp 1.450.000,-
|
||||
Jan
|
27
|
Kas
|
Rp 2.501.000,-
|
||
Selisih Kas
|
R 1.000,-
|
||||
Penjualan
|
Rp 2.500.000,-
|
||||
Jan
|
31
|
Kas
|
Rp 180.000,-
|
||
Perlengkapan Kantor
|
Rp 180.000,-
|
||||
Jan
|
31
|
Kas
|
Rp 5.000,-
|
||
Selisih Kas
|
Rp 5.000,-
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar