Dunia bisnis sedang
menghadapi suatu tantangan yang hebat yaitu disruption atau gangguan. Bagi
perusahaan kondisi ini merupakan tantangan tersendiri, yang akan menunjukkan
bisnisnya akan tetap bertahan atau gulung tikar. dalam ere disruption ini,
cara-cara lama telah digantikan dengan cara-cara baru yang lebih hemat, lebih
efisien.
Rhenald Kasali dalam
kompas.com mengungkapkan bahwa terdapat 5 (lima) hal penting dalam disrupsi
yaitu:
#1. Disrupsi berakibat
terhadap penghematan banyak biaya melalui proses bisnis yang menjadi lebih
simpel.
#2. Disrupsi membuat
kualitas apapun yang dihasilkannya lebih baik ketimbang yang sebelumnya. Kalau
lebih buruk, jelas itu bukan disrupsi. Lagipula siapa yang mau memakai
produk/jasa yang kualitasnya lebih buruk?
#3. Disrupsi berpotensi
menciptakan pasar baru, atau membuat mereka yang selama ini ter-eksklusi
menjadi ter-inklusi. Membuat pasar yang selama ini tertutup menjadi terbuka.
#4. Produk/jasa hasil
disrupsi ini harus lebih mudah diakses atau dijangkau oleh para penggunanya.
Seperti juga layanan ojek atau taksi online, atau layanan perbankan dan
termasuk financial technology, semua kini tersedia di dalam genggaman, dalam
smartphone
#5. Disrupsi membuat segala
sesuatu kini menjadi serba smart. Lebih pintar, lebih menghemat waktu dan lebih
akurat.
Dalam ilmu strategic
management, sebenarnya disrupsi adalah hal yang biasa dalam dunia bisnis. Pada
dasarnya disrupsi adalah perubahan yang terjadi pada lingkungan bisnis yang
kodratnya memang selalu berubah dan dinamis. Dari zaman dulu juga disrupsi itu
sudah terjadi, dan kejadiannya biasanya dikarenakan oleh terciptanya teknologi
yang membuat proses bisnis lebih efektif dan efisien dibanding dengan proses
sebelumnya.
Berikut adalah 7 (tujuh)
cara yang menurut saya dapat dilakukan oleh bisnis dalam menghadapi era
disrupsi ini agar bisnis tidak kehilangan pelanggannya atau bahkan mati.
1. Trend Watching
Cara menghadapi era disrupsi
yang pertama adalah melakukan Trend watching yaitu kegiatan dalam memantau
perubahan trend dalam lingkungan bisnis. Dengan selalu memantau lingkungan,
maka bisnis akan selalu mengetahui perubahan-perubahan yang sedang dan akan
terjadi sehingga gejala-gejala timbulnya disrupsi akan terdeteksi secara dini.
Komponen-komponen yang harus dipantau yaitu trend teknologi, ekonomi, budaya,
politik, dan lingkungan alam. Informasi dari trend watching dapat digunakan
untuk melakukan adaptasi dan antisipasi, sehingga efek dari disrupsi dapat
diminimalisir, atau bahkan bisa jadi agent of disruption, yaitu pelaku bisnis
yang menjadi pionir dalam disrupsi.
2. Research
Cara menghadapi era disrupsi
selanjutnya adalah melakukan riset. Agar trend watching yang dilakukan hasilnya
dapat lebih meyakinkan, maka harus dilakukan dengan pendekatan riset. Karena
dengan riset informasi yang didapat dapat dipertanggungjawabkan mengenai
kesahihan dan keabsahannya, karena dilakukan secara ilmiah. Oleh karena itu
bisnis di era ini harus memiliki fungsi riset, yang biasa dinamakan R&D
(research & development).
3. Risk Management
Cara menghadapi era disrupsi
yang ketiga yaitu selalu melakukan pengelolaan terhadap resiko. Lingkungan yang
terdisrupsi pada dasarnya akan menjadi pemicu dari resiko bisnis. Oleh karena
itu, bisnis harus selalu dapat mengelola disrupsi sebagai suatu peril dalam
resiko, dan bisa dikatakan bahwa disrupsi itu harus dikelola, dan menurut saya
risk management disini dapat difokuskan kepada disruption management yang
isinya bagaimana disrupsi diidentifikasi, dianalisis dan dievaluasi, sehingga
bisnis dapat memiliki ruang dan waktu untuk mengantisipasi gejala disrupsi yang
akan terjadi.
4. Inovation
Cara menghadapi era disrupsi
yang ke-empat adalah melakukan inovasi, yaitu membuat terobosan-terobosan baru
atau penyesuaian-penyesuaian pada bisnis yang lama agar lebih sesuai dengan era
dimana masa disrupsi terjadi. Inovasi dapat dilakukan jika peristiwa tersebut
sudah terlanjur terjadi dan dapat berhasil pada bisnis yang mau melakukan
perubahan. Contohnya adalah bisnis yang murni offline, membuat inovasi dengan
meluncurkan versi online.
5. Switching
Cara menghadapi era disrupsi
yang ke-lima adalah switching atau memutar haluan bisnis. Cara ini dapat
dilakukan Jika bisnis yang ada tidak lagi bisa diotak-atik atau dimodifikasi,
maka solusinya adalah harus berani putar haluan atau mematikan produk yang sudah
dimiliki. Contohnya Telkom yang selalu berani untuk mematikan atau
mengkanibalisasi produknya sendiri seperti telepon kabel yang diganti dengan
nir-kabel dll.
6. Partnership
Cara menghadapi era disrupsi
yang ke-enam yaitu melakukan strategi partnership. Era disrupsi pada masa ini
membuat bisnis sulit untuk bertempur sendiri karena persaingan sudah sangat
kompleks dan proses bisnis sudah ter-inklusi. Oleh karena itu solusinya adalah
dengan melakukan kolaborasi dan aliansi-aliansi strategis mulai dari sisi input
sampai output dalam supply chain agar bisnis menjadi lebih efektif dan efisien.
7. Change Management
Cara menghadapi era disrupsi
yang terakhir adalah dengan melakukan change management. Hal ini dapat
dilakukan untuk merubah pola pikir dan kesadaran dari elemen sumber daya
manusia dalam organisasi bisnis agar dapat bahu-membahu melakukan perubahan.
Karena efek disrupsi itu dapat merubah segala hal tak terkecuali pada budaya
organisasi dalam melakukan proses bisnisnya. Oleh karena itu solusinya adalah
organisasi harus dapat berubah menyesuaikan budaya organisasi di era disrupsi
yang ada.
Sumber:
pemasaranpariwisata.com
Related Post:
Related Post:
- Mengelola Bisnis Minimarket
- Tantangan Bisnis di Era Modern
- Keahlian dasar di Era Milenial
- Membangun SDM
- Mengelola Bisnis Minimarket
- Mengelola Keuangan di era Revolusi 4.0
- Mengembangkan Jiwa Wirausaha
- Mengoptimalkan Medsos dalam bisnis
- Cerdas Mengelola Keuangan
- Mengenal Segmentasi Pasar
- Pendukung Usaha Bisnis
- Bisnis dengan Modal kecil...why not?
- Menyiapkan Pribadi Sukses
- Mental Karakter Entreprenuer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar