Minggu, 06 Januari 2019

Penilaian Persediaan dengan Sitem Pisik

Oleh: Winarto, S.Pd.M.Pd.
Penilaian persediaan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk mengetahui jumlah dan nilai persediaan yang ada untuk kepentingan tertentu. Seperti telah diketahui bahwa ada dua sistem penilaian persediaan, yaitu sistem pisik (periodik) dan sistem perpetual (sistem permanen). Pada seseon kali ini, kita akan membahas tentang penilaian persediaan barang dagangan dengan menggunakan sistem pisik/periodik. Untuk menentukan nilai persediaan barang pada akhir periode menurut system pisik adalah sebagai berikut :
      1.     Metode Tanda Pengenal Khusus
      2.     Metode Rata-Rata
      3.     Metode MPKP ( FIFO )
      4.     Metode MTKP ( LIFO )
5.     Metode Persediaan  Dasar.

#1. Metode Tanda Pengenal Khusus
Dalam metode tanda pengenal khusus (specific identification) setiap barang yang dibeli atau yang masuk diberi kode/tanda pengenal yang menunjukkan harga per satuan sesuai faktur yang diterima. Pada metode ini sudah jelas harga per satuannya Dengan demikian untuk mengetahui jumlah atau nilai persediaan pada akhir periode tinggal mengalikan jumlah barang yang masih ada dengan harga yang tercantum dalam etikaet barang tersebut.

#2. Metode Rata-Rata
Metode Rata-Rata Sederhana
Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga beli per satuan setiap transaksi pembelian  dan persediaan awal dengan frekwensi pembelian dan persediaan awal periode.
Metode Rata-Rata Tertimbang
Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga barang yang tersedia untuk dijual yakni jumlah persediaan awal ditambah jumlah pembelian dengan kuantitas barang tersebut.

#3. Metode First In First Out ( FIFO )
Metode ini sering disebut metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP). Dalam metode ini, harga barang yang lebih dulu masuk (dibeli) diaggap lebih dulu keluar atau dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk belakangan. Jadi harga pokok barang yang keluar (dijual) dihitung berdasarkan harga barang yang dibeli lebih dahulu, sesuai dengan jumlah pembeliannya. Atau dengan kata lain nilai persediaan akhir barang didasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir, sesuai dengan jumlah unitnya.

#4. Metode Last In Firt Out ( LIFO )
Metode ini sering disebut metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP). Dalam metode ini, harga barang yang terakhir masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk lebih awal. Sehingga harga pokok barang yang terjual dihitung berdasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir sesuai dengan jumlah unitnya, atau nilai persediaan barnag didasarkan pada harga barang yang dibeli pada awal, sesuai dengan jumlah unitnya.

#5. Metode Persediaan Dasar ( Basic Stock )
Disebut juga sebagai persediaan  besi, yakni persediaan minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga likuiditas perusahaannya. Dalam metode ini keterlambatan masuknya barang yang disebabkan adanya kemacetan atau sebab-sebab lain tidak mengganggu persediaan sehingga perusahaan masih dapat melayani pelanggan atau pembeli. Dalam metode ini persediaan akhir dihitung berdasarkan harga pokok yang ditetapkan. Adapun selisih antara persediaan barang yang ada dengan persediaan dasar dinilai dengan harga menurut metode yang dikehendaki (Metode rata-rata, MPKP, MTKP, harga pasar dll ).

Untuk mempertajam pemahaman terhadap perhitungan nilai persediaan dengan sistem pisik, maka berikut ini diberikan contoh soal kasus. Perhatikan dan pelajari dengan cermat!!!
UD Amanah Oche  dalam bulan Maret 2018 mempunyai data mutasi persediaan sebagai berikut :
Maret 1
Persediaan awal 300 kg @ Rp 800,-    =  Rp  240.000,-
Maret 3
Pembelian          500 kg @ Rp 775,-   =  Rp  387.500,-
Maret 5
Penjualan           350 kg
Maret 10
Pembelian            700 kg  @ Rp 825,-   =  Rp  577.500,-
Maret 15
Penjualan             300 kg
Maret 20
Penjualan             500 kg
Maret 25
Pembelian            200 kg  @  Rp 850,-  =  Rp 170.000,-

Berdasarkan data  di atas hitunglah nilai persediaan pada tanggal 31 Maret 2018, jika digunakan :
1.     Metode identitas khusus, dengan persediaan masih ada berasarl dari pembelian 3 Maret 350 kg, dan tgl 25 Maret 200 kg
2.     Metode rata-rata : Metode Rata-rata sederhana dan Metode rata-rata tertimbang
3.     Metode FIFO
4.     Metode LIFO
5.     Metode persediaan dasar jika ditetapkan persediaan dasar 200 kg dengan harga Rp 800,- kg dan selisih antara kuantitas persediaan yang ada dengan persediaan dasar dihitung berdasar harga rata-rata sederhana.

Jawab :
Metode Identifikasi khusus
Kuantitas persediaan     = 1.700 kg – 1.150 kg   =  550 kg terdiri dari
Pembelian 3 Maret         =  350 x Rp 775            =  Rp  271.250,-
Pembelian 25 Maret       =  200 x Rp 850,-          =  Rp  170.000,-
Nilai Persediaan                                                       Rp  441.250,-

Metode rata-rata
Metode Rata-rata sederhana
Kuantitas akhir    = 1.700 kg – 1.150 kg  =  550 kg, frekwensi pembelian 4 kali
Harga rata-rata   = (Rp 800,- + Rp 775,- + Rp 825,- + Rp 850,-) / 4
                            = Rp 812,50
Nilai Persediaan  = 550 kg  x Rp 812,50   = Rp 446.875,-
Metode rata-rata tertimbang
300kg x Rp 800,- +500kg x Rp 775,-+700kg x Rp 825,- + 200kg x Rp 850,-) 
                                     300kg + 500kg + 700kg + 200kg  
= Rp 808,82
Nilai persediaan akhir 550 kg x Rp 808,82           = Rp 444.851,-

Metode FIFO
Persediaan akhir 550 kg terdiri atas :
Pembelian 25 Maret       =  200 x Rp 850,-               = Rp  170.000,-
Pembelian 10 Maret       =  350 x Rp 825,-               = Rp  288.750,-
Nilai Persediaan akhir                                                  Rp  458.750,-

Metode LIFO
Persediaan awal             =    300 x Rp 800,-             = Rp 240.000,-
Pembelian 10 Maret       =    250 x Rp 775,-             = Rp 193.750,-
Nilai Persediaan akhir                                                  Rp 433.750,-

Metode Persediaan Dasar
Persediaan dasar                  = 200 x Rp 800,-         = Rp 160.000,-
Harga rata-rata sederhana    = 350 x Rp 812,50      = Rp 284.375,-
Nilai Persediaan akhir                                                  Rp 444.375,-

Demikian uraian secara sederhana tentang penilaian persediaan dengan menggunakan sistem pisik atau periodik.
Semoga bermanfaat…!!!

Referensi:
Rudianto. Pengantar Akuntansi (2008). Penerbit Erlangga
Henry Simamora. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan. Jilid 2 (2000). Penerbit Salemba Empat
Slamet Sugiri, Sumiyana. Akuntansi Keuangan Menengah. Buku 1 (2005). Penerbit AMP YKPN


Slamet Sugiri, Akuntansi Pengantar 2 (2002). Penerbit AMP YKPN
Al. Haryono Jusup. Dasar-Dsar Akuntansi Jilid 2. (1995). Penerbit: BP STIE YKPN

Related Post:
  1. Menghitung dan Mencatat Persediaan
  2. Penilaian Persediaan Barang Dagangan
  3. Penilaian Persediaan Metode Nilai Pengganti
  4. Penyusutan Aktiva Tetap
  5. Akuntansi Aktiva Tetap
  6. Metode Penyusutan Saldo Menurun Ganda



Tidak ada komentar:

Posting Komentar