Penetapan harga pokok
persediaan dengan metode cost mengharuskan perusahaan untuk mengadakan
perhitungan secara pisik atas persediaan, umumnya memerlukan waktu lama dan
biaya yang besar . Perhitungan fisik persediaan barang dagangan memerlukan
biaya yang mahal, sementara kebutuhan manajemen harus dilaksanakan. Untuk
mengantisipasinya maka dibutuhkan metode lain yang dapat membantu untuk
memperoleh harga pokok persediaan barang dagangan sesuai dengan skedul
kebutuhan manajemen tanpa harus melakukan perhitungan fisik persediaan barang
dagangan secara langsung bagi perusahaan yang menggunakan system periodic
Pada perusahaan tertentu
seperti Toserba atau swalayan, metode perhitungan secara fisik dirasa kurang praktis atau tidak efisien.
Untuk itu diperlukan metode lain, yakni metode taksiran, khususnya dalam
penilaian persediaan pada laporan intern. Pada metode taksiran ini dapat digunakan dua cara yakni Metode Eceran dan Metode Laba kotor.
Metode ini banyak digunakan pada
perusahaan-perusahaan besar seperti toserba atau swalayan yang memperdagangkan
puluhan bahkan ratusan jenis barang. Dalam hal ini setiap jenis barang yang ada
diberikan label harga jual ecerannya, sehingga pelayan toko lebih tahu harga
jual eceran dari pada harga pokoknya dan lebih mudah baginya membuat laporan atas
barang yang masih ada berdasarkan harga eceran tersebut. Prosedur penilaian
persediaan dapat dilakukan seperti berikut ini:
1.
Atas persediaan awal , selain diketahui harga
pokoknya, juga diketahui harga jual ecerannya
2.
Setiap terjadi transaksi pembelian harus
diketahui jumlah harga jualnya
3.
Dihitung barang tersedia untuk dijual menurut
harga beli dan menurut harga jual.
4.
Dihitung prosentase harga pokok terhadap
harga jual dengan rumus :
Harga Pokok Persediaan Barang Tersedia
dijual
|
X
100 % = ……….. %
|
Harga jual barang tersedia dijual
|
5.
Prosentase harga pokok dengan harga jual
tersebut digunakan untuk menaksir harga pokok persediaan yang ada pada kahir
akhir suatu periode
Ramayana
Supermarket mempunyai data untuk tahun 2018 sebagai
berikut :
Keterangan
|
Harga Pokok
|
Harga Jual
|
Persediaan awal 1 Januari
2018
|
Rp 107.275.000,-
|
Rp 153.250.000,-
|
Pembelian bersih tahun 2018
|
Rp
1.283.750.000,-
|
Rp
1.829.875.000,-
|
Barang tersedia untuk
dijual
|
Rp
1.391.025.000,-
|
Rp
1.983.125.000,-
|
Persedian barang di Toko per
31 Desember 2018 menurut harga jual eceran Rp 315.000.000,- Tentukan nilai
persediaan per 31 Desember 2018 menurut
metode eceran!
Jawab :
Persentase harga pokok terhadap harga eceran :
Rp 1.391.025.000,-
|
x 100 % = 70,143 %
dibulatkan menjadi 70 %
|
Rp 1.983.125.000,-
|
Persedian barang di Toko per
31 Desember 2018 menurut harga jual eceran Rp 315.000.000,-.
Jadi, nilai persediaan per 31 Desember 2018
menurut metode eceran :
70 % x Rp 315.000.000,-. = Rp 220.500.000,-
Metode
Laba Kotor ( Gross Profit Method )
Pada metode ini konsep yang
digunakan adalah konsep hubungan antara harga pokok dan harga jual. Besarnya prosentase laba kotor umumnya didasarkan
prosentase laba-laba tahun lalu. Metode
laba kotor dapat bermanfaat dalam kondisi berikut ini :
1. Perusahaan memerlukan laporan persediaan untuk keperluan
intern bila perusahaan menggunakan sistem periodik. Atau untuk melihat
persedian bulanan, sedang biaya stock opname sangat mahal.
2.
Persediaan rusak atau musnah akibat
kebakaran, pencurian, bencana alam dll.
3.
Untuk menguji keabsahan angka persediaan yang
dihitung dengan cara lain.
Dalam
metode laba kotor besarnya prosentase
laba kotor dapat dihitung dengan
1.
Prosentase laba kotor dari harga jual
2.
Prosentase laba kotor dari harga pokok.
Prosentase laba kotor
dihitung dari harga Jual
Dalam metode ini harga jual
adalah 100%, sedangkan Harga pokok barang yang dijual adalah 100% dikurangi laba kotor, atau persen
laba kurang dari 100. Cara menentukan nilai persediaan akhir adalah sebagai
berikut :
1.
Dihitung lebih dahulu jumlah barang tersedia
untuk dijual dengan jalan menambahkan persediaan barang daganga awal tahun
ditambah pembelian bersih tahun berjalan.
2.
Dihitung harga pokok barang yang dijual
dengan cara jumlah penjualan dikurangi persentase dikali jumlah penjualan.
3.
Dihitung nilai persediaan akhir barang
dagangan, yakni barang tersedia untuk dijualdikurang harga pokok barang yang
sudah dijual.
Contoh soal :
PT Makmur Jaya dalam tahun 2017 memiliki data sebagai berikut :
o Persediaan awal 1 Januari 2017 Rp 25.000.000,-
o Pembelian bersih tahun 2017 70.000.000,-
o Penjualan bersih tahun 20017 126.000.000,-
Hitunglah nilai persediaan akhir per 31 Desember 2017, jika berdasarkan
pengalaman tahun lalu laba kotor 40% dari jumlah penjualan bersih.
Jawab :
Persediaan awal 1 Januari 2017 Rp
25.000.000,-
Pembelian bersih tahun 2017 70.000.000,-
Jumlah barang tersedia utk dijual Rp
95.000.000,-
Penjualan bersih tahun 2017 Rp 126.000.000,-
Laba kotor 40% x Rp 126.000.000,- 50.400.000,-
Harga
Pokok Barang yang terjual Rp 75.600.000,-
Persediaan Akhir Rp 19.400.000,-
Catatan;
Harga
pokok penjualan dapat pula dihitung :
(
100% - 40 % ) x Rp 126.000.000,- =
Rp 75.600.000,-
Persentase laba kotor
dihitung dari harga Pokok.
Apabila persentase laba kotor ditentukan dari harga pokok , besarnya harga
jual adalah adalah harga pokok (100%) ditambah prosentase laba. Jadi harga jual
lebih dari seratus persen atau disebut persen laba diatas seratus. Untuk
jelasnya perhatikan contoh berikut ini :
PT Makmur Jaya dalam tahun 2017 memiliki data sebagai berikut :
o Persediaan awal 1 Januari 2017 Rp 25.000.000,-
o Pembelian bersih tahun 2017 Rp 70.000.000,-
o Penjualan bersih tahun 20017 Rp 126.000.000,-
Hitunglah nilai persediaan akhir per 31 Desember 2017, jika berdasarkan
pengalaman tahun lalu laba kotor 40% dari harga pokok.
Jawab :
Persediaan awal 1 Januari
2017 Rp
25.000.000,-
Pembelian bersih tahun 2017
70.000.000,-
Jumlah barang tersedia utk
dijual Rp
95.000.000,-
Penjualan bersih tahun 2017 Rp
126.000.000,-
Harga jual = harga pokok ( 100%) + laba ( 40% ) = 140 %
Jadi harga pokok penjualan :
100%/140% x Rp 126.000.000,- Rp 90.000.000,-
Persediaan
akhir per 31 Desember 20017 Rp 5.000.000,-
Atau harga pokok penjualan
dihitung sebagai berikut :
Penjualan Rp
126.000.000,-
Laba kotor 40%/140% x Rp 126.000.000 Rp 36.000.000,-
HPP Rp 90.000.000,-
Selamat Belajar....
Semoga bermanfaat.....!!!!!
Referensi:
Rudianto. Pengantar Akuntansi (2008). Penerbit Erlangga
Henry Simamora. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan. Jilid 2 (2000). Penerbit Salemba Empat
Slamet Sugiri, Sumiyana. Akuntansi Keuangan Menengah. Buku 1 (2005). Penerbit AMP YKPN
Slamet Sugiri, Akuntansi Pengantar 2 (2002). Penerbit AMP YKPN
Slamet Sugiri, Akuntansi Pengantar 2 (2002). Penerbit AMP YKPN
Al. Haryono Jusup. Dasar-Dsar Akuntansi Jilid 2. (1995). Penerbit: BP STIE YKPN
Related Post:
- Mengenal Firma
- Mencatat Pendirian Firma
- Menghitung dan Mencatat Persediaan
- Penilaian Persediaan Barang Dagangan
- Penilaian Persediaan dengan Metode Taksiran
- Penilaian Persediaan Dengan Sistem Fisik
- Menghitung dan Mencatat Persediaan
- Penilaian Persediaan Barang Dagangan
- Penilaian Persediaan dengan Metode Taksiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar