Minggu, 06 Januari 2019

Penilaian Persediaan Barang Dagangan

Oleh: Winarto, S.Pd.M.Pd.
Penilaian persediaan merupakan proses menentukan nilai persediaan yang ada di perusahaan baik nilai persediaan yang masih ada atau nilai persediaan yang telah dijual atau dipakai. Besarnya nilai persediaan sangat ditentukan oleh sistem pencatatan yang digunakan oleh perusahaan dalam mengelola persediaan. Sistem pencatatan persediaan yang digunakan perusahaan ada dua yaitu: Sistem  Fisik (periodic system) dan sistem buku (perpetual/permanent  system).
Sistem Fisik (Periodic System)
Pada perusahaan yang menggunakan sistem periodik, Harga Pokok Penjualan/HPP (cost of goods sold) dihitung dan dicatat pada akhir periode akuntansi, dengan cara menghitung kuantitas barang yang ada di gudang di setiap akhir periode, kemudian mengalikannya dengan harga pokok per unitnya. Pada system periodic ini jumlah barang, baik jumlah pisik
maupun nilai harga pokoknya, tidak dapat diketahui setiap saat, karena proses perhitungan dilaksanakan pada akhir periode. Nilai persediaan barang dihitung berdasarkan perhitungan pisik barang yang ada di gudang (stock opname). Proses pencatatan persediaan barang, dengan system periodic ini adalah sebagai berikut:
Persediaan Barang Dagangan (awal)
Tanggal
Keterangan
Ref
Jumlah
Debet (Rp)
Kredit (Rp)
2017





Maret
31
Ikhtisar Laba Rugi

xxxx,-
-


        Persediaan

-
xxxx,-







Persediaan Barang Dagangan (akhir) :
Tanggal
Keterangan
Ref
Jumlah
Debet (Rp)
Kredit (Rp)
2017





Maret
31
Persediaan

xxxx,-
-


        Ikhtisar Laba Rugi

-
xxxx,-







Rekening-rekening yang biasa digunakan dalam system pisik ini adalah: Persediaan barang dagangan atau sediaan, Pembelian barang dagangan atau Pembelian, Biaya Angkut Pembelian, Potongan Pembelian, Retur Pembelian, Penjualan, Potongan Penjualan, Retur Penjulan, Harga Pokok Penjualan.
Pada system periodic, mutasi persediaan barang tidak dicatat dalam buku pembantu persediaan, sehingga jumlah dan nilai persediaan tidak bias diketahui setiap saat. Hal tersebut juga berpengaruh pada perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) barang. Untuk menentukan atau menghitung HPP digunakan rumus sebagai berikut:
Perhitungan Harga Pokok Penjualan dilakukan sebagai berikut ;
Persediaan barang dagangan ( awal )          Rp……………….
Pembelian                                                       Rp ………………
Biaya Angkut Pembelian                               Rp ……………….
Retur dan Pengurangan Harga                    (Rp ..…………….)
                                                                       ----------------------- +
Barang tersedia untuk dijual                        Rp ……………..
Persedian barang dagangan ( akhir )          Rp……………….
                                                                       ---------------------- ( - )
Harga Pokok Penjualan                                Rp ……………….

Permasalahan pokok yang timbul apabila perusahaan menggunakan sistem pisik, yaitu apabila diinginkan penyusunan laporan keuangan jangka pendek (interim) misalnya laporan bulanan, harus mengadakan perhitungan pisik terhadap persediaan yang ada. Apabila jumlah dan jenis barang yang dimiliki cukup banyak maka akan memakan waktu yang cukup lama untuk menghitungnya, sehingga laporan keuangan juga akan menjadi terlambat.

System  Buku ( perpetual system )
Pada system perpetual ini, perubahan jumlah persediaan (fisik maupun rupiah) dapat diketahui setiap saat. Hal tersebut dikarenakan perusahaan menggunkan  kartu persediaan untuk setiap jenis persediaan. Kartu persediaan tersebut berfungsi sebagai buku pembantu persediaan barang dan digunakan untuk mencatat mutasi persediaan setiap hari. Setiap terjadi mutasi persediaan barang selalu dicatat dalam akun persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dengan melihat kolom saldo akun persediaan.  Rekening-rekening yang dipergunakan dalam system ini adalah :
1.     Persediaan Barang dagangan atau sediaan
2.     Penjualan
3.     Potongan penjualan
4.     Retur Penjualan
5.     Harga Pokok Penjualan.

Secara teori pada akhir periode tidak perlu dibuat penyesuaian karena harga penyesuaian persediaan sudah tercermin dalam akun persediaan. Akan tetapi dalam kenyataannya nilai persediaan yang sebenarnya tidak selalu sama dengan saldo akun. Jika hal ini terjadi perlu diadakan penyelidikan sebab-sebabnya. Selisih yang terjadi dipindahkan dari akun persediaan ke akun selisih persediaan. Perhatikan contoh soal berikut ini:
Pada bulan Januari 2018  PD Makmur Abadi memiliki data sebagai berikut :
Jan 5
Dibeli dari PT Perkasa 6 ton barang dagangan @ Rp 750.000,- secara kredit
Jan 7
Dikembalikan pada PT Perkasa barang dagangan sebanyak ½ ton yang telah dibeli karena mutunya tak sesuai dengan pesanan.
Jan 10
Dijual kepada PT Sejahtera 3 ton barang dagangan @ Rp 825.000,-
Jan 12
Diterima dari CV Sejahtera 2 kwintal barang dagangan yang dijual karena rusak.
Dari data tersebut diminta mencatat transaksi dalam jurnal umum jika perusahaan menggunakan sistem pisik dan sistem perpetual.
Jawab :
Sistem Fisik :
TGL
KETERANGAN
Ref
DEBET
KREDIT
05/01/2018
Pembelian
      Utang Usaha

Rp 4.500.000,-

Rp 4.500.000,-
07/01/2018
Utang Uasaha
     Retur Pemb. & Pengur. Harga

Rp.   375.000,-

Rp    375.000,-
10/01/2018
Piutang Usaha
      Penjualan

Rp 2.475.000,-

Rp 2.475.000,-
12/01/2018
Retur Penjln & Pengrn Harga
      Piutang Usaha

Rp    165.000,-

Rp    165.000,-

Sistem Perpetual :
TGL
KETERANGAN

DEBET
KREDIT
05/01/2018
Persediaan Barang Dagangan
      Utang Usaha

Rp 4.500.000,-

Rp 4.500.000,-
07/01/2018
Utang Uasaha
     Persediaan Barang Dagangan

Rp.   375.000,-

Rp    375.000,-
10/01/2018
Piutang Usaha
      Penjualan

Rp 2.475.000,-

Rp 2.475.000,-
Harga Pokok Penjualan
     Persediaan Barang Dagangan

Rp 2.250.000,-

Rp 2.250.000,-
05/01/2018
Retur Penjln dan Pengrn Harga
      Piutang Usaha

Rp    165.000,-

Rp    165.000,-
Persediaan Barang Dagangan
      Harga Pokok Penjualan

Rp     150.000,-

Rp    150.000,-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar