Disruption adalah singkatan
Disruptive Innovation. Kata ‘Disruption” juga dapat dimaknai
sebagai penggangu, pengacau, atau biang kerok. Dalam dunia bisnis disruptive
dimaknai sebagai gangguan karena adanya pergesaran model bisnis dari era tradisional ke era modern, dari era analog
ke era digital dengan menghadirkan berbagai macam inovasi digital yang luar biasa...yang membuat segalanya menjadi lebih mudah, efektif dan efisien.
Sebagai gambaran ketika dulu jika kita hendak mencari atau membutuhkan barang-barang yang kita inginkan, maka kita harus pergi ke pasar tradisonal atau pusat perkulakan, namun kondisi sekarang ini menjadi berubah sangat drastis...hanya dengan menggunakan sentuhan jari saja, maka apa yang kita butuhkan, apa yang kita perlukan sudah ada di depan mata. Akibatnya pasar-pasarpun mulai terganggu, bahkan pebisnis yang menjadi penguasa pangsa pasar pun menjadi terkejut dan bertumbangan dengan kondisi tersebut. Inilah yang dinamakan Era Disruption.
Clayton
M. Christensen, dalam bukunya Innovator’s Dilemma
menjelaskan dengan sangat gamblang mengapa fenomena disruption ini bisa terjadi. Secara sederhana, sebuah market disruption (pengganggu
pasar) terjadi karena incumbent berfokus hanya
mengembangkan produk atau jasa berbasis pada teknologi yang mereka ketahui
sebelumnya. Mereka melakukan inovasi berfokus untuk
mengembangkan produk dan
jasa yang lebih baik, kapasitas yang lebih besar, sehingga tidak menyadari
kemunculan teknologi – teknologi baru yang mampu memberikan kualitas layanan
yang sama atau bahkan lebih baik dengan harga lebih murah. Kemunculan teknologi
– teknologi baru ini membuat disruptor diam – diam
mengembangkan produk yang jauh lebih baik dan harga yang jauh lebih terjangkau.
Perlahan tapi pasti, produk yang ditawarkan disruptor ini
membuat incumbent kelabakan dan akhirnya tersapu dari
peta persaingan bisnis.
Hal yang paling menonjol dan memiliki peran dominan di era disruption ini adalah adanya teknologi digital dan internet. Keduanya memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menentukan jatuh bangunnya suatu bisnis. Bisnis yang telah mapan atau eksis dan telah menjadi penguasa pangsa pasar, bukanlah jaminan sebagai perusahaan yang tetap super power. Bisa saja dalam waktu yang tidak lama akan menjadi perusahaan yang gulung tikar, karena adanya ulah pendatang baru sebagai pengganggu pangsa pasar atu disruptor.
Ada satu ungkapan yang
beredar di kalangan pebisnis di LinkedIn yang berbunyi “Hanya ada SATU bos di
dunia ini. Ia adalah PELANGGAN anda. Dan dia bisa memecat semua orang di
perusahaan anda, dari direktur sampai tukang sapu, hanya dengan melakukan satu
hal yang sangat sederhana; yaitu dengan membelanjakan uangnya di tempat lain”
Kesimpulannya, semakin banyak konsumen atau pelanggan anda yang terhubung teknologi digital atau Internet, maka semakin besar peluang mereka membeli barang dan kebutuhannya di tempat lain dengan cara-cara yang lebih canggih pula, yang berarti kalau tidak secepatnya anda tangani, maka pangsa pasar bisnis anda akan semakin turun bahkan BANGKRUT. Jadi kenali segera konsumen atau pelanggan anda, segera lakukan riset pasar dan beradaptasi dengan tren bisnis yang sedang berkembang. Pelajari behaviour mereka. Kalau mereka melek internet. Segera terapkan strategi digital marketing agar mereka tetap menjadi pelanggan setia anda!!!
Lalu bagaimana kita
mempersiapkan masa depan anak-anak kita dalam menghadapi era digital disruption
ini? Kemungkinan apa saja yang akan terjadi dengan dunia bisnis, dalam kurun waktu, 5, 10 atau 20 tahun mendatang? Mari kita
persiapkan diri kita, anak atau cucu kita untuk mengahadapi era digital ke depan
ini dengan bekal ilmu pengetahuan dan tidak ketingglan teknologi, dan tentunya juga bekal berupa sikap atau karakter yang kuat. Dunia akan
berubah begitu cepatnya, tanpa mengenal ampun, saat teknologi menjadi bertambah canggih, berkembang dengan demikian pesatnya. Jika kita
tidak belajar, tidak meng-up date kemampuan dan ketrampilan kita maka kita akan menjadi sosok makhluk yang SELALU tertinggal dan terlindas oleh kemajuan jaman. Inginkah Anda akan bernasib seperti itu????
Bos Alibaba pernah memberikan pendapatnya tentang hal ini, menurut Jack Ma : anak-anak kita harus belajar bagaimana cara belajar, diberikan pendidikan yang relevan, dilatih hidup mandiri, berfikir kritis, dorong untuk menjelajahi profesi-profesi baru di masa depan, kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan. Dan yang terpenting ajarkan pada anak sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh teknologi seperti: berfikir kreatif, inovatif, kerja sama tim dan sesuatu yang terkait budaya. Orang tua perlu menekankan pentingnya Pendidikan karakter dan soft skill agar kelak anak-anak kita mampu menjadi pribadi yang penuh tanggung jawab, mandiri, ulet, tidak putus asa, tahan banting sehingga diharapkan ke depan mempunyai kehidupan yang lebih baik.
Semoga bermanfaat…!!!!!
Referensi:
Rhenald Kasali. Disruption.(2017). Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Hendro. How to become a smart Entrepreneur. (2005). Penerbit: Andi Offset
Eddy Soeryanto Soegoto. Entreprenuership Menjadi pebisnis Ulung. (2015) Penerbt: PT Gramedia.
Related Post:
- Mengelola Bisnis Minimarket
- Tantangan Bisnis di Era Modern
- Keahlian dasar di Era Milenial
- Membangun SDM
- Mengelola Bisnis Minimarket
- Mengelola Keuangan di era Revolusi 4.0
- Mengembangkan Jiwa Wirausaha
- Mengoptimalkan Medsos dalam bisnis
- Cerdas Mengelola Keuangan
- Strategi Bisnis di Era Disruption
- Mengenal Segmentasi Pasar
- Pendukung Usaha Bisnis
- Bisnis dengan Modal kecil...why not?
- Menyiapkan Pribadi Sukses
- Mental Karakter Entreprenuer
Matap Pak Win...!
BalasHapusAda bisnis yg tdk akan terganggu di era apapun.... itulah bisnis kuliner "angkringan"... menikmati sajian masakan jadul sambil santai ria dan ngobrol dengan teman
BalasHapus