Salah satu problem
pendidikan kita akhir-akhir ini adalah rendahnya budaya baca bagi
masyarakatnya, tak terkecuali siswa. Apabila kita tengok kondisi pelajar kita,
sebagian besar masih belum mampu menerapkan budaya baca secara efektif dan
efisien, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Masih banyak pelajar yang
disibukkan dengan berbagai aktivitas yang kurang bermanfaat. Padahal membaca
adalah kunci keberhasilan pendidikan suatu bangsa.
Mendikbud (2017) menyatakan bahwa, bangsa yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak. Bangsa yang besar ditandai dengan masyarakatnya yang literat, yang memiliki peradaban tinggi, dan aktif memajukan masyarakat dunia.
Mendikbud (2017) menyatakan bahwa, bangsa yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak. Bangsa yang besar ditandai dengan masyarakatnya yang literat, yang memiliki peradaban tinggi, dan aktif memajukan masyarakat dunia.
Sementara itu, Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa: "buahnya pendidikan yaitu matangnya jiwa, yang akan dapat mewujudkan hidup dan penghidupan yang tertib dan suci dan manfaat bagi orang lain". Untuk mewujudkan hal tersebut, tentunya dibutuhkan suatu usaha yang kuat yang melibatkan semua unsur yang terkait, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran mampu menghasilkan seseuatu yang bermakna. Salah satunya adalah melalui gerakan literasi.
Literasi pada dasarnya merupakan aktivitas individu untuk menggunakan segenap potensi dan kemampuannya untuk mengolah dan memahami informasi melalui kegiatan membaca dan menulis. Guru sebagai pendidik, harus mampu menjadi sosok teladan gerakan literasi ini. Caranya tidak lain dengan membiasakan diri untuk membaca, menulis dan mengolah informasi tentang segala sesuatu yang bermanfaat. Siswa sebagai peserta didik harus didorong dibiasakan untuk mampu membaca tentang berbagai hal yang bermanfaat. Kegiatan literasi harus menjadi budaya wajib baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Kegiatan membaca sejak dini memiliki pengaruh yang besar khususnya dalam menjaga kesehatan otak saat orang mencapai usia lanjut. Hal ini dibuktikan oleh sejumlah ilmuwan dari Rush University Medical Centre, Chicago, Amerika Serikat. Menurut penelitian tersebut, responden yang sepanjang hidupnya melakukan kegiatan yang merangsang aktivitas otak, mengalami penurunan kognitif 15 persen memori lebih lambat ketimbang mereka yang tidak melakukan kegiataan serupa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada lagi alasan untuk meremehkan efek dari kegiatan sehari-hari seperti membaca dan menulis pada anak-anak, diri sendiri, orang tua, atau kakek-nenek.
Melatih otak selama seumur hidup, mulai dari kanak-kanak sampai dewasa, sangat membantu menjaga kesehatan otak saat sudah mencapai usia lanjut. Otak yang dibiarkan begitu saja, artinya tanpa diberikan stimulus yang menantang, tentunya akan menjadi tumpul. Jadi gerakan literasi adalah sebagai bagian dari aktivitas menajamkan otak. Selain hal tersebut, melalui gerakan literasi yang tepat, anak atau siswa akan tumbuh sebagai generasi yang mampu menyelesaikan permasalahan secara komprehensif. Artinya proses penyelesaian masalah ditempuh dengan melalui berbagai sudut pertimbangan dengan pendekatan ilmiah. Sehingga menemukan solusi yang berkualitas.
Jadi…tunggu apalagi…budayakan gerakan literasi…bagi generasi penerus bangsa kita…!!!
Referensi: Gerakan Literasi Sekolah. Kemendikbud (2017)
Related Post:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar