Oleh: Ani Hasan. Kemendikbud.go.id
(Mei 2018)
Selanjutnya guru kompeten adalah guru yang memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan siswanya. Secara formal guru kompeten identik dengan kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Guru kompeten akan menularkan seluruh potensinya sehingga tidak perlu lagi siswa berbuat tidak jujur termasuk dalam UN. Guru tidak kompeten akan melahirkan generasi tak kompeten maka bila UN menyontek bisa jadi karena guru tidak kompeten dalam mengajari pengetahuan.
Guru sakti adalah guru yang sehat,
agamis, kompeten, terampil, kreatif dan inovatif. Guru adalah kunci dari
suksesnya membangun karakter siswa. Pribadi dan sosok yang paling dekat
dan hampir setiap hari bertemu dengan siswa adalah guru. Kepala daerah,
kadisdik bahkan kepala sekolah tidak sedekat guru dalam mendidik dan mengajar
siswa. Mengingat realitas kedekatan ini maka kehadiran guru ”sakti”
adalah sangat penting.
Guru sehat adalah guru yang berbadan sehat
dan mengagungkan akal sehat, segala hal ketidakjujuran tak pernah terlihat dari
dirinya. Ia menggiring siswanya sehat dalam segala hal, termasuk dalam
kejujuran UN. Guru agamis adalah guru yang menjunjung tinggi ajaran agama
yang dianut dan memperlihatkan keteladanannya. Guru agamis akan
mengutamakan kejujuran dibanding kelulusan karena proses yang baik lebih
penting dari hasil yang diperoleh siswa.
Selanjutnya guru kompeten adalah guru yang memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan siswanya. Secara formal guru kompeten identik dengan kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Guru kompeten akan menularkan seluruh potensinya sehingga tidak perlu lagi siswa berbuat tidak jujur termasuk dalam UN. Guru tidak kompeten akan melahirkan generasi tak kompeten maka bila UN menyontek bisa jadi karena guru tidak kompeten dalam mengajari pengetahuan.
Guru terampil dan kreatif saat ini semakin
dibutuhkan. Bukankah setiap siswa harus memiliki beragam keterampilan?
Terampil menulis, membaca, olah raga, seni, keagamaan, bidang IPA, IPS dan
bidang lainnya harus dimiliki para siswa karena keterampilan adalah
bagian dari kesuksesan proses pendidikan. Siapa yang terampil dalam sesuatu dan
mendalaminya secara serius maka Ia akan menjadi ahli dan bahkan menghasilkan
uang. Keterampilan adalah potensi yang dapat menjadi masa depan seseorang. Guru
yang memiliki keterampilan tertentu dan mampu ditularkan pada siswanya akan
menjadi bagian dari bekal hidup siswanya pada masa yang akan datang.
Keterampilan guru terutama dalam menguasai
teknologi sangat diutamakan karena anak-anak di era sekarang sangat menguasai
gadget. Ketika anak diberi tugas rumah, cukup dengan mengakses melalui gadget
yang mereka miliki dapat memperoleh tugas-tugas yang diminta guru. Dengan
demikian guru harus lebih terampil dari siswa. Yang sangat disayangkan masih
ada guru yang belum dapat mengoperasikan komputer yaitu guru yang sudah di atas
usia 50 tahun.
Di era revolusi industri 4.0 ini, hampir
semua aktivitas dapat dilakukan dengan teknologi. Siswa melakukan praktikum
kimia, fisika, biologi misalnya, itu dapat dilakukan dengan “Smart Board” tanpa
harus menyiapkan bahan-bahan yang harus di bawa ke laboratorium. Praktikum yang
dilakukan anak-anak di dalam kelas yang menggunakan Smart Board tidak
membahayakan namun butuh guru yang terampil dan cerdas dalam menuntun siswa
untuk melakukan praktikum tersebut.
Praktikum dapat dilakukan jarak jauh secara
terpusat dengan satu instruktur ke sekolah lainnya yang memiliki Smart Board.
Pembelajaran yang menggunakan buku-buku Kurikulum 2013 yang terdiri dari
beberapa mata pelajaran pada beberapa tingkatan kelas dapat disederhanakan
dengan adanya Smart Board tersebut. Dengan demikian guru harus terampil
mengoperasikan komputer, terampil menulis, dan terampil dalam pembelajaran.
Kunci semua itu adalah guru harus banyak membaca.
Terakhir pentingnya guru yang inovatif.
Guru yang inovatif akan selalu melahirkan pengetahuan dan alternatif-alternatif
baru dalam dunia pendidikan. Kemajuan zaman yang semakin serba berubah menuntut
kemampuan inovasi para guru agar mampu memberi jawaban atas berbagai kemandegan
dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah tidak perlu. Terobosan-terobosan baru yang
mampu menyegarkan dunia pendidikan sangat diperlukan. Bukankah pendidikan
modern hari ini awalnya adalah pendidikan yang tradisional? Namun dengan adanya
inovasi-inovasi pendidikan dan diikuti oleh para guru dalam ruang kelas menjadi
lebih dinamis. Guru harus inovatif agar pembelajaran tidak menjenuhkan,
melelahkan dan dapat memberi gairah baru bagi para siswa.
Related Post;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar